Elegi Batas Tanpa Batas
Oleh: Wahyudi NIM 09709251010
Suatu ketika terjadi rapat dengar pengalaman para professional. Berikut dinamika rapat tersebut.
Pimpinan Rapat
Cerikakanlah pengalamanmu wahai musafir tua
Musafir Tua
Aku telah menyusuri semua benua, samudra, hutan belantara, gurun pasir, kampung, desa hingga kota metropolitan. Tapi akhirnya aku kembali pada titik yang sama. Itulah ujung dunia. Tapi aku sadar bahwa hanya kemurahan Tuhanku yang tanpa ujung.
Pimpinan Rapat
Terimakasih wahai Musafir tua, sekarang giliranmu wahai penuntut ilmu
Penuntut Ilmu
Baiklah akan kuceritakan pengalamanku. Sepajang hidupku telah aku gunakan untuk menuntut ilmu. Sebagai implementasi titah Nabiku ’tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat’ dan ’tuntutlah ilmu walaupun hingga ke negeri Cina’. Tak terhitung buku telah ku baca. Ribuan artikel, koran, leaflet, brosur telah ’kulahap’. Aku telah belajar dari satu guru kepada guru yang lain, dari satu negeri ke negeri yang lain. Tapi satu hal yang yang pasti. Buku, artikel, koran, leaflet, brosur, guru ternyata memiliki batas tertentu. Begitupun pengetahuanku. Hanya luasnya pengetahuan Tuhanku yang tak terbatas.
Pimpinan Rapat
Tawadhu sekali engkau wahai penuntut ilmu. Selanjutnya, ceritakanlah pengalamanmu wahai Guru
Guru
Seperti yang diceritakan muridku sang penuntut ilmu. Ilmu dan keterampilanku sangatlah terbatas. Performa mengajarkupun terbatas. Itulah batas kemampuanku. Tapi aku masih punya semangat. Hingga kini aku juga terus belajar. Masih konsisten dengan RPP, AMP, Remidial, pengayaan dsb. Karena tanpa itu semakin terbataslah diriku. Walau kadang semangat ini turun-naik. Oh Tuhan ampunkan aku dikala lemah semangat dan kadang tidak optimal dalam menjalankan amanah. Itulah keterbatasanku. Tapi ditengah semua itu aku senantiasa meminta ’injeksi’ semangat dari yang Maha Tak Terbatas. Itulah Tuhanku.
Pempinan Rapat
Luar biasa sekali pengorbananmu wahai guruku, sekarang giliran Anda wahai Pejabat
Pejabat
Baik akan kuceritakan pengalamanku. Karirku selalu menanjak. Sudah banyak posisi dan kursi kutempati. Dari ketua RT, Lurah, Camat, Bupati, Gurbernur, Menteri, DPR bahkan lintas Departemen. Rupa dan warna sebagai pejabat sudah kualami. Aneka fasilitas juga sudah kurasakan. Baik fasilitas yang putih, abu-abu sampai yang hitam kelam. Aku merajalela melampiaskan nafsu. Sampai aku berfikir ’nafsuku seakan satu-satunya makhluk yang tanpa batas’ bagai anak kecil yang makin disuapi semakin besar menjadi raksasa yang ganas’. Ha....ha... ha... aku telah menemukan mahkluk tanpa batas. Ha...ha... ha... itulah nafsuku. Sampai satu ketika aku merenung ’nafsuku ada di dalam tubuhku, tubuhku terbatas oleh ruang dan waktu, tubuhku suatu ketika akan ditinggalkan oleh ruhku. ...berarti nafsuku akan mati. Nafsuku akan musnah. Nafsuku akan...Tuhan ampunkan aku. Rakyatku maafkan aku. Aku bertobat.
Pimpinan Rapat, Penuntut Ilmu, Guru
Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." (at-tahrim:66)
Pejabat
"Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang."(al Hasyr: 59). Amiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar