Elegi Pemberontakan Para Normatif
Oleh: Wahyudi NIM 09709251010
Sebelumnya saya sampaikan pendapat saya. Menurut saya normatif itu sesuatu yang statis. Dalam arti dia tidak dapat bergerak, tidak dapat marah, sedih, apalagi memberontak. Yang bergerak, marah, sedih dan memberonrak adalah diriku, dirimu, dirinya kita semua yang masih memegang teguh beragam norma. Marah dan berontak saat melihat banyak pihak yang merusak keseimbangan dan keharmonisan karena mencampakkan norma. Tapi judul pada elegi ini hanya untuk mempersonifikasikan normatif itu sendiri.
Diriku
Kulihat sekelilingku. Maka kulihat banyak orang yang telah kehilangan rasa malu, mereka mengumbar aurat agar dilihat mata-mata keranjang para lelaki, padahal mata adalah panah iblis, kulihat kata-kata mesum, gambar forno dijajakan dengan demikian vulgar, kulihat kejujuran bukan lagi satu hal yang berharga, dengan vurgarnya korupsi terjadi dimana-mana, jual-beli kasus, kulihat penguasa dan pengusaha ’berselingkuh’ untuk memperkaya diri mereka, penguasa bukan lagi berperan sebagai pengembala yang menjaga rakyatnya, kulihat politisi yang opportunis, pendidik yang materialis, masyarakat yang individualis sekaligus hedonis, ekonomi yang kapitalistik, aku mulai marah pada kenyataan ini. dimanakah norma kesopanan, kejujuran, agama?. Kemana mereka pergi?
Normatif Kesopanan
Ada apa sahabatku? Aku ada didekatmu. Ada ada di dada-dada orang yang menjagaku.
Diriku
Lalu dimana dirimu saat terjadi pelecehan, anarkisme, pandalisme dan sarkasme
Normatif Kesopanan
Saat semua itu terjadi karena mereka telah mengusirku. Namun mereka kembali memanggilku saat mereka membutuhkanku. Saat negosiasi tender, mark up anggaran, proyek fiktif dsb. Kesopananku hanya digunakan untuk kepentingan perut mereka. Aku tak berdaya saat mereka mengeksploitasi ku.
Diriku
Lantas apa yang akan kau lakukan
Normatif Kesopanan
Aku juga marah sebagaimana dirimu marah. Aku ingin berontak!!!
Diriku
Baiklah, mari kita bertanya pada Normatif kejujuran
Wahai normatif kejujuran, kemana saja engkau selama ini?
Normatif Kejujuran
Aku ada didekatmu wahai sahabatku. Ada ada di dada-dada orang yang menjagaku.
Diriku
Lalu dimana dirimu saat terjadi penipuan, kong-kalingkong, pengemplangan harta negara, proyek fiktif, jual-beli kasus, UU pesanan dsb?
Normatif Kejujuran
Saat semua itu terjadi mereka telah mengusirku. Namun mereka kembali memanggilku saat mereka membutuhkanku. Saat mereka menghamba pada negara Asing dan konco-konco mereka.
Diriku
Lantas apa yang akan kau lakukan?
Normatif Kejujuran
Aku juga marah sebagaimana dirimu marah. Aku ingin berontak!!!
Diriku
Baiklah, mari kita bertanya pada Normatif agama
Wahai normatif agama, kemana saja engkau selama ini?
Normatif agama
Aku ada didekatmu wahai sahabatku. Ada ada di dada-dada orang yang menjagaku.
Diriku
Lalu dimana dirimu saat terjadi penipuan, kong-kalingkong, pengemplangan harta negara, proyek fiktif, UU pesanan, mengobral SDA pada swasta, menelantarkan rakyat, saat agama dilecehkan, saat aliran sesat menjamur, dsb.
Normatif Agama
Saat semua itu terjadi karena mereka telah mengusirku. Namun mereka kembali memanggilku saat mereka membutuhkanku. Saat mereka dzikir, puasa, berdoa dsb. Tapi mereka mengusirku saat rapat-rapat di parlemen, saat pengambilan kebijakan di rapat kabinet, saat penentuan kebijakan moneter, saat penentuan kurikulum pendidikan, saat proses peradilan, saat mengatur kehidupan sosial-kemasyrakatan. Mereka telah menjadi makhluk-makhluk yang terselimuti oleh sekulerisme. Fashluddin ’anil hayah, fasluddin ’anid daulah (memisahkan agama dengan kehidupan dan negara). The satanic idelogy yang menyebarkan teror kemanusiaan dimana-mana, menebarkan kesenjangan yang tajam dst.
Diriku
Lantas apa yang akan kau lakukan
Normatif Agama
Aku juga marah sebagaimana kalian marah. Aku ingin berontak!!!
Demikianlah satu persatu normatif marah dari normatif 1, 2,3, ... n. Tapi satu hal yang perlu dicatat kemarahan dan pemberontakan yang dilakukan oleh para normatif adalah kemarahan dan pemberontakan yang berdasarkan norma dan diatur dengan norma. Dan diemban oleh orang yang memegang teguh para norma. Yang tidak bisa dibeli dengan harta, tahta dan wanita serta syahwat duniawi lainnya.
Sekian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar