Senin, 07 Juni 2010

tanggapan untuk AKh Rendy


Adapun hadist Nabi dari Ibnu Musayyab:
أن أبا بكر وعمر تذاكرا الوتر عند النبي صلى الله عليه وسلم ، فقال أبو بكر : أما أنا فأنام على وتر ، فإن استيقظت صليت شفعا حتى الصباح ، وقال عمر : لكني أنام على شفع ثم أوتر من السحر ، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم لابي بكر : حذر هذا ، وقال لعمر : قوي هذا
bahwasanya Abu Bakar dan Umar berdiskusi tentang shalat witir di hadapan Nabi saw. Abu bakar berkata: saya tidur setelah melaksanakan shalat witir, jika saya terbangun maka saya shalat sepasang-sepasang hingga waktu subuh. Sedang umar berkata: sebaliknya saya tidur kemudian shalat sepasang (tahajjud) kemudian witir hingga terjaga. Nabi kemudian bersabda bagi Abu Bakar: ini adalah tipe orang yang berhati-hati, sedang terhadap Umar Nabi bersabda: ini adalah tipe orang yang kuat.
Maka hadist ini telah diriwayatkan dalam banyak jalur. Redaksi diatas dari Mushannaf Abdurrazaq 3/14 dan riwayat Thahawi 1/342. Redaksi yang berbeda tapi maknanya  sama diriwayatkan Imam Ahmad 1/330, Abu Dawud 2/134, Ibnu Majjah 1/374, al Hakim 1/301, al Baihaqi 3/35, Ibnu Khuzaimah2/145-146, Ibnu Hibban 6/199 dan lain-lain. Yang jelas hadist ini shahih dengan banyak jalur
Konteks hadist ini adalah untuk shalat witir bukan tahajjud. Hal ini dapat dilihat dari redaksi hadist di atas. Oleh karena itulah maka Abdurrazaq memasukannya dalam bab tentang waktu yang disunnahkan untuk shalat witir (ساعة يستحب فيها الوتر). Lajnah daimah memasukannya dalam bab shalat witir. Asy Syaukani memasukanya dalam bab la witraani fi lailatin (tidak ada 2 witir dalam satu malam). (lihat Mushannaf Aburrazzaq 3/14, Fatawa Lajnah Daimah 9/202 dan Nailul Authar 4/316)
Jadi jelas bahwa yang menjadi obyek pembahasan hadist ini dan yang semakna adalah shalat witir bukan shalat tahajud. Jadi tidak tepat berhujjah bolehnya shalat tahajjud sebelum tidur dengan hadist ini.  Wallahu ‘alam

Tidak ada komentar: