Adapun
hadist Nabi dari Ibnu Musayyab:
أن أبا بكر وعمر تذاكرا الوتر عند النبي صلى الله عليه وسلم ، فقال
أبو بكر : أما أنا فأنام على وتر ، فإن استيقظت صليت شفعا حتى الصباح ، وقال عمر :
لكني أنام على شفع ثم أوتر من السحر ، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم لابي بكر
: حذر هذا ، وقال لعمر : قوي هذا
bahwasanya
Abu Bakar dan Umar berdiskusi tentang shalat witir di hadapan Nabi saw. Abu
bakar berkata: saya tidur setelah melaksanakan shalat witir, jika saya
terbangun maka saya shalat sepasang-sepasang hingga waktu subuh. Sedang umar
berkata: sebaliknya saya tidur kemudian shalat sepasang (tahajjud) kemudian
witir hingga terjaga. Nabi kemudian bersabda bagi Abu Bakar: ini adalah tipe
orang yang berhati-hati, sedang terhadap Umar Nabi bersabda: ini adalah tipe
orang yang kuat.
Maka
hadist ini telah diriwayatkan dalam banyak jalur. Redaksi diatas dari Mushannaf
Abdurrazaq 3/14 dan riwayat Thahawi 1/342. Redaksi yang berbeda tapi
maknanya sama diriwayatkan Imam Ahmad
1/330, Abu Dawud 2/134, Ibnu Majjah 1/374, al Hakim 1/301, al Baihaqi 3/35,
Ibnu Khuzaimah2/145-146, Ibnu Hibban 6/199 dan lain-lain. Yang jelas hadist ini
shahih dengan banyak jalur
Konteks
hadist ini adalah untuk shalat witir bukan tahajjud. Hal ini dapat dilihat dari
redaksi hadist di atas. Oleh karena itulah maka Abdurrazaq memasukannya dalam
bab tentang waktu yang disunnahkan untuk shalat witir (ساعة يستحب فيها الوتر).
Lajnah daimah memasukannya dalam bab shalat witir. Asy Syaukani memasukanya
dalam bab la witraani fi lailatin (tidak ada 2 witir dalam satu malam). (lihat Mushannaf
Aburrazzaq 3/14, Fatawa Lajnah Daimah 9/202 dan Nailul Authar 4/316)
Jadi
jelas bahwa yang menjadi obyek pembahasan hadist ini dan yang semakna adalah
shalat witir bukan shalat tahajud. Jadi tidak tepat berhujjah bolehnya shalat
tahajjud sebelum tidur dengan hadist ini. Wallahu ‘alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar