Dalil naqli yang terlihat
bertentangan dengan science, apa kita anggap saja mutasyabihat?(Asraf di
Yogyakarta)
Sebelumnya harus difahami dulu
apa makna mutasyabihat. Menurut Al Amidi, ‘Ali al Hasan, ad Dahlawi sebgaimana dikutip Hafidz Abdurrahman (2004;
195) menyebutkan Mutasyabihat merupakan kebalikan muhkam, yaitu ayat yang berpotensi untuk dispekulasikan
atau mempunyai lebih dari satu makna. (Ulumul quran Praktis hal. 195)
Ada beberapa factor yang dapat
menjadi penyebab terjadinya mutasyabihat.menurt ad Dahlawi, bisa dikembalikan
pada:
1. Spekulasi
kembalinya kata ganti pada dua marja’ (tempat kembali). Seperti firman Allah
SWT:
إِلَّا أَنْ يَعْفُونَ أَوْ
يَعْفُوَ الَّذِي بِيَدِهِ عُقْدَةُ النِّكَاحِ
Kecuali jika
istri-istrimu memaafkan atau dimaafkan oleh orang yang memegang ikatan nikah
(al Baqarah: 237)
Kata ganti hi (dhamir
muzdakkar ghaib) pada redaksi biyadihi memiliki dua penafsiran. Apakah kembali
pada suami ataukah wali nika perempuan.
2.
Makna yag berbeda pada kata yang sama (makna musytarak). Seperti
firman Allah SWT:
وَالْمُطَلَّقَاتُ يَتَرَبَّصْنَ
بِأَنْفُسِهِنَّ ثَلَاثَةَ قُرُوءٍ
Dan wanita-wanita yang
diceraikan hendaklah menahan diri mereka sela tiga quru (QS al Baqarah: 228)
Kata quru pada ayat ini
menurut pemahaman bahasa arab dapat bermakna suci, tapi juga dapat berarti
suci.
3.
Spekulasi ‘athaf
(kata sambung) kepada yang dekat atau jauh. Sebagaimana firman Allah SWT:
وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ
وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ
Sapulah kepalamu dan
(basuh) kakimu sampai kedua mata kaki (QS Al Maidah: 6)
Jika redaksi wa
arjulakum di’athafkan pada bi
ruusikum maka kedua kaki cukup diusap saja karena perintahnya imsahuu
(usap/sapulah). sedangkan jika di’athafkan pada wujuuhakum maka harus dibasuh. Karena perintahnya
ighsiluu (basuhlah).
4.
Spekulasi mulai dan berhenti. Sebagaimana firman Allah SWT:
وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ
إِلَّا اللَّهُ وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ
Padahal, tidak ada
tidak ada yang mengetahui takwilnya selain Allah dan orang-orang yang mendalam
ilmunya (Qs ali ‘Imran:
7)
Berhenti setelah bacaan
Allah atau bacaan وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ memiliki implikasi yang berbeda. Jika
berhenti pada bacaan اللَّهُ , konotasinya hanya Allah saja yang
Maha mengetahui takwil ayat-ayat mutasyabihat. Jika berhenti pada bacaan وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ berarti konotasinya Allah SWT dan orang-orang yang mendalam
ilmunya mengetahui takwil ayat mutasyabihat.
Dengan
memahami definisi ayat mutasyabihat dan factor penyebabnya maka dapat saya
simpulkan bahwa mutasyabihat hanya disebabkan oleh factor redaksi ayat, bahasa
arab dan pemahaman ulama terhadap ayat-ayat tersebut. Pemahaman ulama yang saya
maksud juga terbatas pada konteks pemahaman terhadap makna ayat dan bahasa
arab. Sehingga science bukanlah factor yang mempengaruhi muhkam atau
mutasyabihnya ayat.
Selain
itu al qur’an bukanlah kitab
science. Kalaupun dalamal qur’an
ada sebagian ayat yang menjelaskan tentang phenomena kehidupan, penciptaan
manusia, alam semesta dan sebagainya. Tujuan utama penjelasan ayat-ayat tersebut
adalah agar manusia mau berfikir, membuka kesadarannya dan akhirnya beriman
kepada Allah SWT. Tentu kebenaran sains yang ada dalamal qur’an bersifat mutlak.
Sebagai contoh: proses penciptaan manusia, dari pertemuan dua sel, menjadi
zygote, Embrio, Bayi dan seterusnya.
Sedangkan
penafsiran ulama bukanlah alqur’an
itu sendiri. Seperti penafsiran bahwa matahari mengelilingi bumi sebagaimana
pemahaman geosentris. Padahal kenyataannya bumi mengelilingi matahari
(Heliosentris). Dalam konteks inilah penafsiran al qur’an yang berbasis sains
harus dikritik.
Mengapa?
Karena kebenaran sains bersifat relative dan berubah apabila ada penemuan
mutkahir yang lebih mendekati kebenaran. Bahkan penemuan yang sekarang sudah
mapan tidak menutup kemungkinan akan terbantah pada masa yang akan datang.
Contohnya: teori geosentri diatas yang dimentahkan oleh terori heliosentris.
Contoh lain: dahulu dikatakan bahwa atom adalah bagian terkecil dari suatu
benda. Tapi, dikemudian hari diketahui bahwa dalam atom masih terdapat
lintasan-lintasan berupa neutron, proton dan electron.bahkan ada inti atom.
Artinya ada bagaian yang lebih kecil dari atom yaitu inti atom.
Demikianlah,
sebagai kesimpulan maka dalil naqli yang bertentangan dengan sains tidak
otomatis mutasyabihat. Mutasyabihat hanya terjadi karena ayat itu sendiri dan
factor bahasa arab. Kemudian kebenaran sains bukanlah satu hal yang final.
Sehingga jika kesan bertentangan maka harus dikaji lebih mendalam lagi. Wallahu
‘alam bi shawab
Yogyakarta, 15 Rajab
1431 H/27 Juni 2010
alFaqir ilaLLAH:Wahyudi
Abu Syamil Ramadhan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar