Selasa, 29 Juni 2010

Ayat Mutasyabihat


Dalil naqli yang terlihat bertentangan dengan science, apa kita anggap saja mutasyabihat?(Asraf di Yogyakarta)
Sebelumnya harus difahami dulu apa makna mutasyabihat. Menurut Al Amidi, ‘Ali al Hasan, ad Dahlawi  sebgaimana dikutip Hafidz Abdurrahman (2004; 195) menyebutkan Mutasyabihat merupakan kebalikan muhkam, yaitu  ayat yang berpotensi untuk dispekulasikan atau mempunyai lebih dari satu makna. (Ulumul quran Praktis hal. 195)
Ada beberapa factor yang dapat menjadi penyebab terjadinya mutasyabihat.menurt ad Dahlawi, bisa dikembalikan pada:
1.       Spekulasi kembalinya kata ganti pada dua marja’ (tempat kembali). Seperti firman Allah SWT:
إِلَّا أَنْ يَعْفُونَ أَوْ يَعْفُوَ الَّذِي بِيَدِهِ عُقْدَةُ النِّكَاحِ
Kecuali jika istri-istrimu memaafkan atau dimaafkan oleh orang yang memegang ikatan nikah (al Baqarah: 237)
Kata ganti hi (dhamir muzdakkar ghaib) pada redaksi biyadihi memiliki dua penafsiran. Apakah kembali pada suami ataukah wali nika perempuan.

2.      Makna yag berbeda pada kata yang sama (makna musytarak). Seperti firman Allah SWT:
وَالْمُطَلَّقَاتُ يَتَرَبَّصْنَ بِأَنْفُسِهِنَّ ثَلَاثَةَ قُرُوءٍ
Dan wanita-wanita yang diceraikan hendaklah menahan diri mereka sela tiga quru (QS al Baqarah: 228)
Kata quru pada ayat ini menurut pemahaman bahasa arab dapat bermakna suci, tapi juga dapat berarti suci.

3.      Spekulasi athaf (kata sambung) kepada yang dekat atau jauh. Sebagaimana firman Allah SWT:
وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ
Sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai kedua mata kaki (QS Al Maidah: 6)
Jika redaksi wa arjulakum diathafkan pada bi ruusikum maka kedua kaki cukup diusap saja karena perintahnya imsahuu (usap/sapulah). sedangkan jika diathafkan pada wujuuhakum maka harus dibasuh. Karena perintahnya ighsiluu (basuhlah).
4.      Spekulasi mulai dan berhenti. Sebagaimana firman Allah SWT:
وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلَّا اللَّهُ وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ
Padahal, tidak ada tidak ada yang mengetahui takwilnya selain Allah dan orang-orang yang mendalam ilmunya (Qs ali Imran: 7)
Berhenti setelah bacaan Allah atau bacaan وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ memiliki implikasi yang berbeda. Jika berhenti pada bacaan اللَّهُ , konotasinya hanya Allah saja yang Maha mengetahui takwil ayat-ayat mutasyabihat. Jika berhenti pada bacaan وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ berarti konotasinya Allah SWT dan orang-orang yang mendalam ilmunya mengetahui takwil ayat mutasyabihat.

Dengan memahami definisi ayat mutasyabihat dan factor penyebabnya maka dapat saya simpulkan bahwa mutasyabihat hanya disebabkan oleh factor redaksi ayat, bahasa arab dan pemahaman ulama terhadap ayat-ayat tersebut. Pemahaman ulama yang saya maksud juga terbatas pada konteks pemahaman terhadap makna ayat dan bahasa arab. Sehingga science bukanlah factor yang mempengaruhi muhkam atau mutasyabihnya ayat.

Selain itu al quran bukanlah kitab science. Kalaupun dalamal quran ada sebagian ayat yang menjelaskan tentang phenomena kehidupan, penciptaan manusia, alam semesta dan sebagainya. Tujuan utama penjelasan ayat-ayat tersebut adalah agar manusia mau berfikir, membuka kesadarannya dan akhirnya beriman kepada Allah SWT. Tentu kebenaran sains yang ada dalamal quran bersifat mutlak. Sebagai contoh: proses penciptaan manusia, dari pertemuan dua sel, menjadi zygote, Embrio, Bayi dan seterusnya.

Sedangkan penafsiran ulama bukanlah alquran itu sendiri. Seperti penafsiran bahwa matahari mengelilingi bumi sebagaimana pemahaman geosentris. Padahal kenyataannya bumi mengelilingi matahari (Heliosentris). Dalam konteks inilah penafsiran al quran yang berbasis sains harus dikritik.

Mengapa? Karena kebenaran sains bersifat relative dan berubah apabila ada penemuan mutkahir yang lebih mendekati kebenaran. Bahkan penemuan yang sekarang sudah mapan tidak menutup kemungkinan akan terbantah pada masa yang akan datang. Contohnya: teori geosentri diatas yang dimentahkan oleh terori heliosentris. Contoh lain: dahulu dikatakan bahwa atom adalah bagian terkecil dari suatu benda. Tapi, dikemudian hari diketahui bahwa dalam atom masih terdapat lintasan-lintasan berupa neutron, proton dan electron.bahkan ada inti atom. Artinya ada bagaian yang lebih kecil dari atom yaitu inti atom.

Demikianlah, sebagai kesimpulan maka dalil naqli yang bertentangan dengan sains tidak otomatis mutasyabihat. Mutasyabihat hanya terjadi karena ayat itu sendiri dan factor bahasa arab. Kemudian kebenaran sains bukanlah satu hal yang final. Sehingga jika kesan bertentangan maka harus dikaji lebih mendalam lagi. Wallahu alam bi shawab

Yogyakarta, 15 Rajab 1431 H/27 Juni 2010
alFaqir ilaLLAH:Wahyudi Abu Syamil Ramadhan

Tidak ada komentar: