Rabu, 03 Maret 2010

TEORI DAN TOKOH DALAM PERKEMBANGAN ANAK
Oleh: Wahyudi S. Pd
I.Teori Perkembangan Kognitif

Teori ini dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata—skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya— dalam tahapan-tahapan perkembangan,

saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan. Untuk pengembangan teori ini, Piaget memperoleh Erasmus Prize. Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia, yaitu:
1.Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
2.Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
3.Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
4.Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
Periode sensorimotor
Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah periode pertama dari empat periode. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam enam sub-tahapan:
1.Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan terutama dengan refleks.
2.Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
3.Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.
4.Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).
5.Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan.
6.Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal kreativitas.
Tahapan praoperasional
Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran (Pra)Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.
Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.
Tahapan operasional konkrit
Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
Pengurutan—kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.
Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan). Anak dapat membentuk variasi relasi kelas dan mengerti bahwa beberapa kelas dapat dimasukkan ke kelas lain. Misalnya semua manusia lelaki dan semua manusia wanita adalah semua manusia. Hubungan A > B dan B > C menjadi A > C.
Decentering—anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.
Reversibility—anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
Konservasi—memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain.
Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.
Tahapan operasional formal
Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi abu-abu" di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.
Periode operasi formal ini disebut juga disebut periode operasi hipotetik-deduktif yang merupakan tahap tertinggi dari perkmbangan intelektual. Anak-anak pada periode ini sudah memberikan alasan dengan menggunakan lebih banyak simbul atau gagasan dalam cara berpikir. Anak sudah dapat mengoperasikan argumen-argumen tanpa dikaitkan dengan benda-benda empirik. Ia mampu menggunakan prosedur seorang ilmuwan, yaitu menggunakan posedur hipotetik-deduktif. Anak mampu menyelesaikan masalah dengan cara yang lebih baik dan kompleks dari pada anak yang masih dalam tahap periode operasi kongkret. Konsep konservasi telah tercapai sepenuhnya.Anak sudah mampu menggunakan hubungan-hubungan di antara objek-objek apabila ternyata manipulasi objek-objek tidak memungkinkan. Anak telah mampu melihat hubungan-hubungan abstrak dan menggunakan proposisi-proposisi logik-formal termasuk aksioma dan definisi-definisi verbal. Anak juga sudah dapat berpikir kombinatorik, artinya bila anak dihadapkan kepada suatu masalah, ia dapat mengisolasi faktor-faktor tersendiri atau mengkombinasikan faktor-faktor itu sehingga menuju penyelesaian masalah tadi.
Proses perkembangan
Seorang individu dalam hidupnya selalu berinteraksi dengan lingkungan. Dengan berinteraksi tersebut, seseorang akan memperoleh skema. Skema berupa kategori pengetahuan yang membantu dalam menginterpretasi dan memahami dunia. Skema juga menggambarkan tindakan baik secara mental maupun fisik yang terlibat dalam memahami atau mengetahui sesuatu. Sehingga dalam pandangan Piaget, skema mencakup baik kategori pengetahuan maupun proses perolehan pengetahuan tersebut. Seiring dengan pengalamannya mengeksplorasi lingkungan, informasi yang baru didapatnya digunakan untuk memodifikasi, menambah, atau mengganti skema yang sebelumnya ada. Sebagai contoh, seorang anak mungkin memiliki skema tentang sejenis binatang, misalnya dengan burung. Bila pengalaman awal anak berkaitan dengan burung kenari, anak kemungkinan beranggapan bahwa semua burung adalah kecil, berwarna kuning, dan mencicit. Suatu saat, mungkin anak melihat seekor burung unta. Anak akan perlu memodifikasi skema yang ia miliki sebelumnya tentang burung untuk memasukkan jenis burung yang baru ini.
Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang sudah ada. Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung memodifikasi pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema yang sudah ada sebelumnya. Dalam contoh di atas, melihat burung kenari dan memberinya label "burung" adalah contoh mengasimilasi binatang itu pada skema burung si anak.
Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema yang baru sama sekali. Dalam contoh di atas, melihat burung unta dan mengubah skemanya tentang burung sebelum memberinya label "burung" adalah contoh mengakomodasi binatang itu pada skema burung si anak.
Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang berubah dan berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap di atasnya. Proses penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai keadaan equilibrium, yaitu berupa keadaan seimbang antara struktur kognisinya dengan pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan selalu berupaya agar keadaan seimbang tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses penyesuaian di atas.
Dengan demikian, kognisi seseorang berkembang bukan karena menerima pengetahuan dari luar secara pasif tapi orang tersebut secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya.
I.Teori Psikososial
Pakar Psikososial adalah Erikson. Erikson memfokuskan pada perkembangan psikososial sejak kecil hingga dewasa dalam delapan tahap. Setiap orang akan melewati tahapan dan setiap tahapan akan mendapatkan pengalaman positif dan negatif. Kepribadian yang sehat akan diperoleh apabila seseorang dapat melewati krisis dalam tugas perkembangan dengan baik. Masing-masing tahap terdiri dari tugas perkembangan yang khas yang menghadapkan individu dengan suatu krisis yang harus dihadapi, krisis ini bukanlah suatu bencana, tetapi suatu titik balik peningkatan kerentanan & peningkatan potensi. Semakin berhasil individu mengatasi krisis, akan semakin sehat perkembangan mereka.
Delapan tahap perkembangan anak menurut Erikson:
1. TahapBasic Trust vs Basic Mistrust (Kepercayaan vs Ketidakpercayaan)
Ialah tahap Psikososial pertama menurut Erikson yang dialami dalam tahun pertama kehidupan. Suatu rasa percaya menuntut perasaan nyaman secara fisik dan sejumlah kecil ketakutan serta kekuatiran akan masa depan. Peran orang tua sangat dibutuhkan untuk tanggap dan peka karena pada tahap ini, individu yang memiliki rasa percaya cenderung untuk memiliki rasa aman dan memiliki rasa percaya diri untuk mengeksplorasi lingkungan yang baru. Anak-anak yang memasuki sekolah dengan rasa tidak percaya dapat mempercayai guru tertentu yang meluangkan banyak waktu untuk membuat dirinya sebagai orang yang dapat dipercayai.

2. Tahap Autonomy vs Shame and Doubt (Otonomi vs Rasa Malu dan Ragu-ragu)

Setelah memperoleh kepercayaan diri pengasuh / orangtua mereka, individu mulai menemukan bahwa perilaku mereka adalah milik mereka sendiri, menyadari kemauan mereka. Otonomi dibangun atas perkembangan kemampuan mental & motorik (otonomi = kemandirian). Penting bagi orangtua untuk mengenal motivasi anak untuk melakukan apa yang dapat mereka lakukan sesuai dengan kemampuan mereka.
Pada usia ini, anak mencoba untuk mandiri yg secara fisik dimungkinkan oleh kemampuan mereka untuk berjalan, lari dan berkelana tanpa dibantu orang dewasa lagi. Dengan kebebasan ini, anak masuk dalam periode menjelajah/eksplorasi. Beberapa hal dapat dicapai dalam periode ini, seperti keberanian untuk menjelajah, insting untuk menentukan arah sendiri. Pokoknya pada periode inilah kemampuan anak untuk percaya diri dikembangkan. Problem yang dapat terjadi, menurut Erikson, adalah rasa malu karena mereka merasa tidak mampu "be on their own". Ini akan terjadi bila orang tua terlalu banyak ikut campur misalnya membantu atau mengkoreksi kekeliruan mereka. Karena pada usia ini anak mulai belajar bahasa, maka orang tua yang terus berusaha memperbaiki anak yang sedang belajar ngomong, akan mengakibatkan anak menjadi penakut/pemalu dalam berkomunikasi.

3. Tahap Initiative vs Guilt (Prakarsa vs Rasa Bersalah)
Periode Perkembangan : masa awal anak-anak (tahun pertama pra-sekolah 3-5 tahun). Ketika anak-anak sekolah menghadapi dunia sosial yang lebih luas, mereka lebih tertantang dan perlu mengembangkan perilaku yang bertujuan untuk mengatasi tantangan-tantangan ini. Anak-anak belajar berbuat terhadap lingkungannya sebelum ia mampu berpikir mengenai apa yang sedang ia perbuat / intelegensi dasar dimiliki anak tersebut kelak. Pada tahap ini anak-anak belajar secara praktis dengan keterampilan-keterampilan perseptual, motorik, kognitif dan kemampuan bahasa yang mereka miliki untuk melakukan sesuatu.
Atas prakarsa mereka sendiri, anak-anak pada tahap ini beralih ke dunia sosial yang lebih luas.
Pengatur utama prakarsa adalah suara hati, prakarsa dan antusiasme mereka dapat menyebabkan mereka menerima hadiah / hukuman.

4. Tahap Industry vs Inferiority (Tekun vs Rasa Rendah Diri)
Periode Perkembangan : masa pertengahan dan akhir anak-anak (tahun-tahun sekolah, 6 tahun hingga pubertas). Masa awal anak-anak yang penuh imajinasi, ketika anak-anak / individu memasuki tahun-tahun sekolah dasar, mereka mengarahkan energi mereka pada penguasaan pengetahuan & keterampilan intelektual. Tertarik pada bagaimana sesuatu diciptakan & bagaimana sesuatu itu bekerja.

5. Tahap Ego-Identity vs Role Confusion (Identitas Diri vs Kekacauan Peran)
Periode Perkembangan : masa remaja 12 - 18/20 tahun. Pada tahap ini remaja / individu dihadapkan pada temuan siapa mereka? Bagaimana mereka nantinya? Kemana tujuan mereka? Menuju dalam kehidupannya berupa Penjajakan pilihan-pilihan alternatif terhadap peran karir merupakan hal penting.
Pada tahap ini remaja memiliki kemampuan mengkoordinasikan baik secara serentak / berurutan 2 ragam kemampuan kognitif.
a.Kapasitas menggunakan hipotesis.
b.Kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak, logis dan idealisitk (berpikir tentang pemikiran itu sendiri).

6. Tahap Intimacy vs Isolation (Keintiman vs Pengasingan)

Periode Perkembangan : masa awal dewasa (18/19 - 30 tahun). Individu menghadapi tugas perkembangan pembentukan relasi yang akrab dengan orang lain, Erikson menggambarkan keakraban sebagai penemuan diri sendiri, tanpa kehilangan diri sendiri pada orang lain. Pada periode ini, individu termotivasi untuk berhasil melalui perkembangan sosial.

7. Tahap Erikson : Generativity vs Stagnation (Perluasan vs Stagnasi)
Periode Perkembangan : masa pertengahan dewasa (antara pertengahan 20-an tahun sampai 50-an). Mencakup rencana-rencana orang dewasa atas apa yang mereka harap guna membantu generasi muda mengembangkan dan mengarahkan kehidupan yang berguna melalui generativitas / bangkit.
Sebaliknya, stagnasi / mandeg adalah ketika individu tidak melakukan apa-apa untuk generasi berikutnya.
Memberikan asuhan, bimbingan pada anak-anak, individu generatif adalah seseorang yang mempelajari keahlian, mengembangkan warisan diri yang positif dan membimbing orang yang lebih muda.

8. Tahap Integrity vs Despair (Integritas dan Kekecewaan)

Periode Perkembangan : masa akhir dewasa (60 tahunan). Masa ini dimulai sekitar usia 60, ketika seseorang mulai meninggalkan masa-masa aktif di masyarakat dan bersiap untuk hidup lebih menyendiri. Sangat berbeda dengan rata-rata orang yang ketakutan dengan datangnya usia tua, maka bagi Erikson, ini adalah masa yang sama pentingnya dengan fase-fase sebelumnya.
Bahkan, masa ini mungkin masa yang paling penting karena ini adalah masa terakhir di mana kita harus bersiap untuk meninggalkan dunia ini.
II.Teori Kognitif-sosial
Pengagas teori ini adalah Lev Vygotsky. Vygotsky adalah seorang psikolog Rusia dan perintis dalam bidang sosial dan perkembangan kognitif. This article reviews his theory of how children learn.Vigotsky memandang bahwa sistem sosial sangat penting dalam perkembangan kognitif anak. Orangtua, guru dan teman berinteraksi dengan anak dan berkolaborasi untuk mengembangkan suatu pengertian. Jadi belajar terjadi dalam konteks sosial, dan muncul suatu istilah zona Perkembangan Proksimal (ZPD). ZPD diartikan sebagai daerah potensial seorang anak untuk belajar, atau suatu tahap dimana kemampuan anak dapat ditingkatkan dengan bantuan orang yang lebih ahli. Daerah ini merupakan jarak antara tahap perkembanan aktual anak yaitu ditandai dengan kemampuan mengatasi permasalahan sendiri batas tahap perkembangan potensial dimana kemampuan pemecahan masalah harus melalui bantuan orang lain yang mampu.Sebagi contoh anak usia 5 tahun belajar menggambar dengan bantuan pengarahan dari Orang tua atau guru bagimana caranya secara bertahap, sedikit demi sedikit bantuan akan berkurang sampai ZPD berubah menjadi tahap perkembangan aktual saat anak dapat menggambar sendiri. Oleh karena itu dalam mengembangkan setiap kemampuan anak diperlukan scaffolding atau bantuan arahan agar anak pada akhirnya menguasai keterampilan tersebut secara independen. Dalam mengajar guru perlu menjadi mediator atau fasilitator di mana pendidik berada disana ketika anak-anak membutuhkan bantuan mereka. Mediatoring ini merupakan bagian dari scaffolding. Jadi walaupun anak sebagai pebelajar yang aktif dan ingin tahu hampir segala hal, tetapi dengan bantuan yang tepat untuk belajar lebih banyak perlu terus distimuluasi sehingga proses belajar menjadi lebih efektif.
 
Vigotsky meyakini bahwa pikiran anak berkembang melalui: (1) Mengambil bagian dalam dialog yang kooperatif dengan lawan yang terampil dalam tugas di luar zone proximal Development; (2) Menggunakan apa yang dikatakan pendidik yang ahli dengan apa Yang dilakukan. Berbeda dengan Piaget yang memfokuskan pada perkembangan berfikir dalam diri anak (intrinsik), Vigotsky menekankan bahwa perkembangan kognitif seorang anak sangat dipengaruhi oleh sosial dan budaya anak tersebut tinggal. Setiap budaya memberikan pengaruh pada pembentukan keyakinan, nilai, norma kesopanan serta metode dalam memecahkan masalah sebagai alat dalam beradaptasi secara intelektual. Budayalah yang mengajari anak untuk berfikir dan apa yang seharusnya dilakukan.
Kritik terhadap Vygotsky
Vygotsky has been criticized for defining developmental stages only in very general forms, so that his predictions are very difficult to “test, verify, disprove .Vygotsky telah dikritik untuk menentukan tahap-tahap perkembangan hanya dalam bentuk yang sangat umum, sehingga ramalannya sangat sulit untuk "menguji, verifikasi, membantah. . . . . there is a lack of precision and inattention to details.” Vygotsky's work is often general enough to be unfalsifiable. ada kurangnya presisi dan kurangnya perhatian terhadap detail. "karya Vygotsky sering cukup umum untuk menjadi tidak dapat difalsifikasi.
III.Teori Psikoanalisis
Pengagas teori ini adalah Sigmund Freud (1856-1939). Freud adalah seorang dokter Wina yang datang untuk percaya bahwa cara orangtua anak-anak ditangani dengan dasar hasrat seksual dan agresif akan menentukan bagaimana kepribadian mereka berkembang dan apakah atau tidak mereka akan berakhir dengan baik-disesuaikan sebagai orang dewasa. Freud described children as going through multiple stages of sexual development, which he labeled Oral, Anal, Phallic, Latency, and Genital. Freud menggambarkan anak-anak dengan pergi melalui berbagai tahap perkembangan seksual, yang ia sebut Oral, Anal, tahap phalik, Latency, dan Genital.
In Freud's view, each stage focused on sexual activity and the pleasure received from a particular area of the body.Dalam pandangan Freud, setiap tahap difokuskan pada aktivitas seksual dan kesenangan yang diterima dari daerah tertentu dari tubuh. In the oral phase, children are focused on the pleasures that they receive from sucking and biting with their mouth. Pada fase oral, anak-anak terfokus pada kenikmatan yang mereka terima dari mengisap dan menggigit dengan mulut mereka. In the Anal phase, this focus shifts to the anus as they begin toilet training and attempt to control their bowels. Pada fase anal, fokus ini bergeser ke anus ketika mereka mulai toilet training dan berusaha untuk mengendalikan perut mereka. In the Phallic stage, the focus moves to genital stimulation and the sexual identification that comes with having or not having a penis. Pada tahap tahap phalik, fokus rangsangan pindah ke alat kelamin dan identifikasi seksual yang datang dengan memiliki atau tidak memiliki penis. During this phase, Freud thought that children turn their interest and love toward their parent of the opposite sex and begin to strongly resent the parent of the same sex. Selama fase ini, Freud berpikir bahwa anak-anak mengalihkan minat dan cinta terhadap orangtua mereka dari lawan jenis dan mulai sangat membenci orang tua jenis kelamin yang sama. He called this idea the Oedipus Complex as it closely mirrored the events of an ancient Greek tragic play in which a king named Oedipus manages to marry his mother and kill his father. Dia menyebut gagasan ini sebagai yang Oedipus Complex itu erat mencerminkan peristiwa-peristiwa tragis Yunani kuno bermain di mana seorang raja yang bernama Oedipus berhasil mengawini ibunya dan membunuh ayahnya. The Phallic/Oedipus stage was thought to be followed by a period of Latency during which sexual urges and interest were temporarily nonexistent. Yang tahap phalik / Oedipus tahap dianggap diikuti oleh periode Latency selama dorongan seksual dan bunga untuk sementara waktu tidak ada. Finally, children were thought to enter and remain in a final Genital stage in which adult sexual interests and activities come to dominate. Akhirnya, anak-anak berpikir untuk masuk dan tetap dalam Genital akhir dewasa tahap di mana kepentingan dan kegiatan seksual mendominasi.
IV.Teori Perilaku dan Belajar Sosial
Pakar yang terkenal dengan gagasan psikologi perilaku dan belajar social adalah BF Skinner. Skinner adalah salah satu yang paling berpengaruh psikolog Amerika. A radical behaviorist, he developed the theory of operant conditioning -- the idea that behavior is determined by its consequences, be they reinforcements or punishments, which make it more or less likely that the behavior will occur again. Ia mengembangkan teori pengondisian instrumental - gagasan bahwa perilaku ditentukan oleh konsekuensi-konsekuensinya.His principles are still incorporated within treatments of phobias, addictive behaviors, and in the enhancement of classroom performance (as well as in computer-based self-instruction).
To further improve the objective scientific value of observed behaviors he invented the Skinner box, a small, soundproof chamber in which an animal could be isolated from all distractions and outside influences, responding only to the controlled conditions within the box.Untuk lebih meningkatkan nilai ilmiah yang objektif mengamati perilaku ia menemukan kotak Skinner, kecil, ruangan kedap suara di mana hewan bisa terisolasi dari segala gangguan dan pengaruh luar, menanggapi hanya pada kondisi yang terkendali di dalam kotak. It is sometimes reported that that Skinner put his daughter Deborah into a Skinner Box in her early years.
Selain Skinner Albert Bandura adalah salah seorang pakar di bidang ini. Bandura (lahir 4 Desember 1925, di Mundare, Alberta, Kanada) adalah seorang psikolog yang mengkhususkan dalam teori kognitif sosial dan efektivitas diri. He is most famous for his social learning theory . Ia paling terkenal karena teori pembelajaran sosial.
Pada tahun 1973, ia menulis Agresi: A Social Learning Analysis. Four years later, he published one his most prominent books called the "Social Learning Theory." Empat tahun kemudian, ia menerbitkan satu buku yang paling menonjol yang disebut "Teori Belajar Sosial." These books and articles are the most relevant psychological research in determining aggression and deviance. Buku-buku dan artikel yang paling relevan dalam menentukan penelitian psikologis agresi dan penyimpangan. In 1941, Dollard and Miller published the book "Social Learning and Imitation. Albert Bandura stated that this book was one of the contributions to development of his modeling theory (Evans, 1989: p4). " I was attracted to Miller and Dollard's work on the assumption that human development requires a much more powerful mode of transmitting competencies than does trail and error (Evans, 1989: p4).
Albert Bandura believed aggression reinforced by family members was the most prominent source of behavior modeling.Bandura percaya agresi diperkuat oleh anggota keluarga yang paling menonjol adalah sumber perilaku modeling. He reports that children use the same aggressive tactics that their parents illustrate when dealing with others (Bandura, 1976: p.206). Dia melaporkan bahwa anak-anak menggunakan taktik agresif yang sama bahwa orangtua mereka mengilustrasikan ketika berhadapan dengan orang lain (Bandura, 1976: p.206). While studying at Iowa, Bandura became strongly interested in aggression in children (Bandura, 1977).
Pengalaman lingkungan adalah pengaruh kedua pembelajaran sosial kekerasan pada anak-anak. Albert Bandura reported that individuals that live in high crime rates areas are more likely to act violently than those who dwell in low-crime areas (Bandura, 1976: p.207). Albert Bandura melaporkan bahwa individu-individu yang hidup di daerah tingkat kriminalitas tinggi lebih mungkin untuk bertindak keras daripada mereka yang diam di daerah kejahatan rendah (Bandura, 1976: hal.207). This assumption is similar to Shaw and McKay's theory of social disorganization.
Albert Bandura believed television was a source of behavior modeling.Albert Bandura percaya bahwa televisi adalah sumber perilaku modeling. Today, films and television shows illustrate violence graphically. Ada sejumlah kematian dikaitkan dengan kekerasan di televisi. For example, John Hinckley attempted to assassinate President Ronald Reagen after he watched the movie "Taxi Driver" fifteen times. Sebagai contoh, John Hinckley berusaha untuk membunuh Presiden Ronald Reagen setelah ia menyaksikan film "Taxi Driver" lima belas kali. In the movie "Born Innocent," a girl was raped with a bottle by four other girls.
V.Teori Ekologi
Urie Bronfenbrenner (1917-2005) mengembangkan teori sistem ekologi untuk menjelaskan bagaimana segala sesuatu pada anak dan lingkungan mempengaruhi bagaimana seorang anak tumbuh dan berkembang. He labeled different aspects or levels of the environment that influence children's development, including the microsystem, the mesosystem, the exosystem, and the macrosystem. Dia memberi label aspek yang berbeda atau tingkat lingkungan yang mempengaruhi perkembangan anak-anak, yaitu Microsystem, yang mesosystem, yang exosystem, dan macrosystem. The microsystem is the small, immediate environment the child lives in. Children's microsystems will include any immediate relationships or organizations they interacts with, such as their immediate family or caregivers and their school or daycare.
Microsystem adalah lingkungan langsung kehidupan anak, seperti keluarga langsung mereka atau pengasuh dan sekolah atau tempat penitipan anak. How these groups or organizations interact with the child will have an effect on how the child grows; the more encouraging and nurturing these relationships and places are, the better the child will be able to grow.
Tingkat berikutnya adalah mesosystem, menggambarkan bagaimana berbagai bagian Microsystem bekerja sama demi anak. For example, if a child's caregivers take an active role in a child's school, such as going to parent-teacher conferences and watching their child's soccer games, this will help ensure the child's overall growth. Sebagai contoh, jika seorang pengasuh anak berperan aktif pada anak sekolah, seperti pergi ke pertemuan guru-orangtua dan anak mereka menonton pertandingan sepak bola, ini akan membantu memastikan pertumbuhan anak secara keseluruhan
The exosystem level includes the other people and places that the child herself may not interact with often herself but that still have a large affect on her, such as parents' workplaces, extended family members, the neighborhood, etc. For example, if a child's parent gets laid off from work, that may have negative affects on the child if her parents are unable to pay rent or to buy groceries; however, if her parent receives a promotion and a raise at work, this may have a positive affect on the child because her parents will be better able to give her her physical needs.Tingkat exosystem termasuk orang-orang dan tempat-tempat lain bahwa anak sendiri mungkin tidak sering berinteraksi dengan dirinya sendiri namun masih memiliki pengaruh besar padanya, seperti orang tua 'tempat-tempat kerja, anggota keluarga, tetangga, dan sebagainya Sebagai contoh, jika seorang anak mengetahui bahwa orangtuadibeya rhentikan dari pekerjaan, yang mungkin memiliki efek negatif pada anak jika orangtuanya tidak mampu membayar sewa atau untuk membeli bahan makanan, namun jika orang tuanya menerima promosi dan kenaikan gaji di tempat kerja, ini mungkin memiliki pengaruh positif pada anak karena orang tua akan lebih mampu memberikan kebutuhan fisiknya.
SedangkanBronfenbrenner's final level is the macrosystem, which is the largest and most remote set of people and things to a child but which still has a great influence over the child.sedangTi macrosystem mencakup hal-hal seperti kebebasan relatif yang diijinkan oleh pemerintah nasional, nilai-nilai budaya, ekonomi, perang, dll Hal-hal ini juga dapat mempengaruhi anak baik secara positif maupun negatif.
Daftar Bacaan
Suherman, dkk.2003. Strategi Pembelajaran Matematika Ontemporer. JICA; Bandung
http://behavioural-psychology.suite101.com/article.cfm/vygotskys_theory_of_child_development, http://starfsfolk.khi.is/solrunb/vygotsky.htm,
http://en.wikipedia.org/wiki/Albert_Bandura,
http://joegolan.wordpress.com/2009/04/13/teori-pembelajaran/
http://www.child-development-guide.com/child-development-theorists.html,
http://www.childdevelopmentinfo.com/development/erickson.shtml
http://www.criminology.fsu.edu/crimtheory/bandura.htm,
http://www.kidsdevelopment.co.uk/BFSkinnersBehaviouralTheory.html,
http://www.mentalhelp.net/poc/view_doc.php?type=doc&id=7926&cn=28,
http://www.psikomedia.com/art/pdf.php?id=8
http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_perkembangan_kognitif
http://kuliahpsikologi.dekrizky.com/teori-perkembangan-anak

Tidak ada komentar: