Selasa, 23 Maret 2010

PERBEDAAN INDIVIDU DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
(Individual Differences in Mathematics Learning)
Oleh: Wahyudi
Setiap individu adalah unik. Artinya setiap individu memiliki perbedaan antara yang satu dengan yang lain. Perbedaan tersebut bermacam-macam, mulai dari perbedaan fisik, pola berpikir dan cara-cara merespon atau mempelajari hal-hal baru. Dalam hal belajar, masing-masing individu memiliki kelebihan dan kekurangan dalam menyerap pelajaran yang diberikan.



Menurut Hudojo (1988:100) memang tidak ada dua individu yang persis sama, setiap individu adalah unik. Suharyanto (1996:96) menyatakan bahwa jika perbedaan individu kurang diperhatikan, maka banyak siswa akan mengalami kesulitan belajar dan kegagalan belajar.
Kenyataan di atas menuntut agar siswa dapat dilayani sesuai perkembangan individual masing-masing. Konsekuensinya adalah pembelajaran perlu melayani siswa secara individual untuk menghasilkan perkembangan yang sempurna pada setiap siswa. (Hudojo, 1988:101). Khusus dalam pembelajaran matematika maka ada beberapa aspek yang penting yang perlu diperhatikan agar pembelajaran mencapai tujuan dengan efektif sekaligus efisien. Meskipun dalam kenyataannya aspek-aspek ini saling berkaitan satu sama lain. Akan tetapi untuk memudahkan pembahasan kami bagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
Tingkat sosial ekonomi
Prestasi dibidang matematika juga sangat dipengaruhi oleh status social dan ekonomi. status social dan ekonomi yang dimaksud adalah pendapatan keluarga, lingkungan dan pendidikan orang tua. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Nancy C. Jordan dan Susan C. Levine anak yang berstatus social rendah cenderung lebih rendah kemampuannya dibanding siswa yang lebih baik status social ekonominya.
Perkembangan Mental
Perkembangan mental jelas berpengaruh terhadap cara siswa memahami/mengkonstruksi pemahamannya terhadap matematika. Jean Piaget yang memandang bahwa perbedaan usia berpengaruh pada perkembanga belajar, Piaget membagi membagi perkembangan siswa menjadi empat tingkat Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun), Periode praoperasional (usia 2–7 tahun), Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun), Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa). Tentu dalam pembelajaran matematika kita perlu memperhatikan hal ini agar seorang guru dapat memilih pendekatan dan metode yang tepat.
Gaya belajar
Gaya belajar anak terbagi menjadi tiga jenis, yaitu visual (kecenderungan belajar dengan menggunakan indra penglihatan), auditory (menggunakan indra pendengaran), dan kinestetik (menggunakan indra peraba tubuh). Gaya belajar masing-masing siswa tentu berpengaruh terhadap cara siswa dalam memahami matematika. Hal ini jelas harus diperhatikan untuk mendapatkan hasil yang optimal. Ada banyak cara untuk mengenali gaya belajar. Yang mutakhir adalah dengan analisa sidik jari (pinger print analysis). Penelitian mutkahir menunjukan bahwa sidik jari ternyata mewakili gaya belajar seseorang.
Gender
Hingga saat ini persoalan ini menjadi bahan perdebatan para pakar psikologi mengenai pengaruh perbedaan jender kaitannya dengan cara belajar dan prestasi matematika. Sebagian pakar berpandangan bahwa laki-laki dan perempuan masing-masing memilki gaya yang berbeda dalam memahami matematika. Bahkan mereka menyatakan bahwa siswa laki-laki secara biologis dan psikologis lebih baik dari siswa perempuan. Diantara factor yang mempengaruhi adalah bahwa laki-laki lebih memiliki motivasi untuk sukses termasuk dalam bidang matematika sementara perempuan merasa agak canggung untuk lebih sukses dari laki-laki. Sebaliknya sebagian pakar psikologi berpandangan bahwa tidak ada perbedaan yang yang patut dipertimbangkan dalam hal gender kaitannya dengan motivasi, cara memahami dan prestasi matematika.
Ragam kecerdasan
Gardner (1983) mengenalkan Teori Multiple Intelligences yang menyatakan bahwa kecerdasan meliputi sembilan kecerdasan. Yaitu, kecerdasan linguistik/verbal/bahasa, kecerdasan matematis logis, kecerdasan visual/ruang/spasial, kecerdasan musikal/ritmis, kecerdasan kinestetik jasmani, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis. Kemudian tahun 1999, Gardner menemukan jenis kecerdasan baru, kecerdasan kesembilan dalam teorinya, yang ia namakan kecerdasan eksistensial.
Jenis kecerdasan jelas juga berpengaruh terhadap cara memahami matematika. Seorang anak yang cenderung memiliki kecerdasan visual/ruang/spasial maka mengajar dengan menggunakan gambar akan lebih efektif, siswa yang lebih menonjol kecerdasan intrapersonalnya belajar dengan pendektan kooperatiif tentu akan lebih baik hasilnya dan seterusnya.
Richar J. Shumway membagi kemampuan dibidang matematika menjadi dua bagain yaitu ranah kognitif dan ranah afektif (Shumway, 1980:328). Yang termasuk dalam ranah kognitif adalah gaya kognitif. Yaitu bagaimana seoarang siswa mengkonstruksi/memahami matematika. Messick menyebutkan ragam gaya kognitif, diantaranya: field independence/field defendence, field articulation, cognitive complexity, cognitive simplicity, scaning, reflection/impulsive, conceptualizing styles, leveling/sharpening, dst. Sedangkan aspek/ranah afektif tercakup didalamnya kecemasan dan mativasi siswa.
Demikianlah beberapa aspek yang penting untuk diperhatikan agar pembelajaran matematika berjalan dengan efektif. Untuk mencapai hal ini tentu tidak cukup dengan hanya mengetahui aspek-aspek perbedaan individual tapi yang juga cukup penting adalah memilih dan merealisasikan treatment yang tepat.

Daftar Pustaka
1. http://masthoni.wordpress.com/2010/01/24/menghargai individu-dalam-belajar-matematika/
2. http://udel.edu/~njordan/Jordan_Developmental%20Disabilities.pdf
3. http://www.accessmylibrary.com/article-1G1-178218787/different-not-better-gender.html
4. Shumway. Richar J. 1980. Reseach in Mathematics Education. NCTM
5. Suherman, dkk.2003. Strategi Pembelajaran Matematika Ontemporer. JICA; Bandung


2 komentar:

Surga Firdaus mengatakan...

assalamu'alaikum..pak saya mau tanya sekaligus meminta ide atau gambaran buku atau literatur apa yang harus saya pahami untuk suatu pembelajaran matematika yang menarik dan bermakna dalam memahamkan kepada siswa kelas 7 smp mengenai penjulahan pecahan berpenyebut tidak sama....?saya belum nemu ide,jika bisa berbagi pak, terimakasih, jazakumullah....by rina paray.

Unknown mengatakan...

Keren Sob

www.kiostiket.com