Senin, 08 Maret 2010

Assalamu ‘alaikum. Binaan saya bertanya. Manakah yang lebih utama antara shalat dan dzikir? Guru saya pernah bercerita bahwa dzikir (maksudnya dzikir lisan) lebih utama dari shalat. Karena orang yang shalat belum tentu masuk syurga sebaliknya ada seoarang ulama sufi yang hanya berzikir tapi mendapat jaminan masuk surga. Bagaimana menjawab pertanyaan dan argument binaan ana tersebut? (Hendra, 0878162476xx)

Jawab
Wa ‘alaikum salam Wr. Wb.
Adik Hendra yang dirahmati Allah SWT. Tentang siapa yang akan masuk surga sesungguhnya perkara ghaib (mughayyabat). Tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah SWT. Kita hanya mengetahui sejumlah orang yang dijamin masuk surga berdasarkan informasi yang kita dapat dari al qur’an dan hadist Nabi saw. Diantara mereka adalah para Nabi dan Rasul, beberapa sahabat yang dijamin masuk surga seperti Abu Bakar ash shiddiq, Bilal bin Rabah dll. Selain itu kita tidak dapat mengetahuinya. Jadi saran saya, tanyakan pada binaan adik atas dalil dan bukti apa sang ulama sufi yang hanya berdzikir tapi tidak shalat pasti masuk surga?
Mengenai dzikir, maka disini ulama memberikan pembagian. Al-Qarafi berkata dalam kitab ad-Dakhîrah. Ia berkata, “Dzikir ada dua macam, yaitu dzikir dengan lisan; dzikir ini sangat baik jika dilakukan. Tapi ada dzikir yang lebih baik lagi yaitu mengingat Allah ketika melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.” (min muqawwimat an nafsiyatil islamiyah hal. 65). Demikian pula Imam Nawawi dalam kitab adabul mufrad menyatakan bahwa dzikir ada dua macam yaitu dzikir lisan dan dzikir berupa menjalankan kewajiban dan menjauhi larangan.

Jenis dzikir yang kedua ini sangatlah luas cakupannya yaitu berupa seluruh ketundukan dan ketaatan kepada Allah. Sedangkan tunduk dan taat kepada Allah hukumnya wajib. Diantara bentuk dzikir yang kedua ini adalah menuntut ilmu, shaum, zakat, haji, bermuamalah dengan cara yang islami, bergaul dengan cara islam, berpolitik dengan cara yang islami, mengatur Negara dengan syariat Allah, berdakwah, jihad fi sabilillah termasuk menegakkan shalat. Bahkan Allah menyebutkan shalat adalah sarana untuk mengingat Allah (dzikrullah). Allah berfirman:
إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لا إِلَهَ إِلا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلاةَ لِذِكْرِي
Artinya: Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.(QS. Thahaa [20]: 14)

Berdasarkan ayat diatas jelas shalat adalah salah satu bentuk dzkir kepada Allah. Apalagi apabila kita merenungi bacaan shalat maka semuanya adalah bentuk dzikir kepada Allah SWT. Nabi saw bahkan menyatakan shalat adalah mi’rajul mukminin.

Telah sangat difahami oleh kaum muslimin bahwa hukum shalat yang diwajibkan adalah fardhu ‘ain. Artinya ; apabila seseorang dengan sengaja meninggalkan shalat maka dia akan mendapatkan dosa dan siksa dari Allah SWT. Dalam banyak hadist bahkan Nabi mengecam dengan memberikan status kafir bagi orang yang secara I’tiqadi meninggallkan shalat. Diantaranya hadist dari Jabir bin Abdullah Nabi saw bersabda:
بين الرجل وبين الشرك والكفر ترك الصلاة
Artinya: yang memisahkan antara seoarang muslim dengan syirik dan kafir adalah meninggalkan shalat (HR. Muslim)

Nabi saw juga menyatakan bahwa Shalat adalah salah satu tiang agama. Dari Abdullah bin Umar r.a., dia berkata : Rasulullah saw. bersabda :
بني الإسلام على خمس: شهادة أن لا إله إلا الله، وأن محمداً رسول الله، وإقام الصلاة، وإيتاء الزكاة، وحج البيت، وصوم رمضان
Artinya: “Islam didirikan di atas lima (asas) : Bersaksi bahwasanya tidak ada Tuhan selain allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, membayar zakat, berhaji ke Baitullah, dan puasa di bulan Ramadlan.” (Hr. Bukhari, muslim, Tirmidzi dan Ahmad)

Selain itu shalat adalah amal ibadah yang pertama kali akan diminta pentanggunggjawaban disisi Allah SWT, bahkan shalat adalah penentu keselamatan dan kecelakaan seseorang kelak di akhirat. Dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. dikemukakan, bahwasanya ia telah Berkata “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda::
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ بِصَلَاتِهِ فَإِنْ صَلَحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ
Artinya: Sesungguhnya yang pertama kali diperhitungkan pada seseorang hamba pada hari kiamat adalah (tentang) shalat fardlu apabila shalatnya baik maka dia beruntung danberhasil dan apabila shalatnya jelek maka celaka dan rugilah dia” (Hr. An-Nasaai, Tirmidzi, Ibnu Maajah)


Berdasarkan penjelasan diatas maka jelaslah bahwa pandangan yang menyatakan cukup berdzikir maka sudah mendapat jaminan surga adalah pandangan yang ngawur, mengada-ada dan penuh dengan hawa nafsu yang menyesatkan. Na’udzubillahi minasyaithanirrajiim. Wallahu ‘alam bi shawab.

Yogyakarta, 8 Maret 2010
Wahyudi Abu Syamil Ramadhan (081251188553)






Tidak ada komentar: