Senin, 05 Desember 2011

HIJRAH : MOMENTUM KEBANGKITAN ISLAM

Oleh: Wahyudi Ibnu Yusuf, M. Pd
Definisi Hijrah
Menurut istilah umum, al-hijrah bermakna al-intiqal (berpindah) dari satu tempat atau keadaan ke tempat atau keadaan lain, dan tujuannya adalah meninggalkan yang pertama menuju yang kedua. Adapun konotasi hijrah menurut istilah khusus adalah:
meninggalkan dar al-Kufr (negeri kufur), lalu berpindah menuju dar al-Islam (negeri Islam). [Al-Jurjaniy, al-Ta'rifat, juz 1, hal 83, An-Nabhani, Asy-Syakhsiyyah al-Islâmiyyah, II/276]. Pengertian terakhir ini juga merupakan definisi syar'iy dari kata al-hijrah.
Darul Islam dalam definisi ini adalah suatu wilayah (negara) yang menerapkan syariat Islam secara total dalam segala aspek kehidupan. Keamanannya pun berada di tangan kaum Muslim. Sebaliknya, darul kufur adalah wilayah (negara) yang tidak menerapkan syariat Islam dan keamanannya bukan di tangan kaum Muslim, sekalipun mayoritas penduduknya beragama Islam.

Definisi hijrah semacam ini diambil dari fakta Hijrah Nabi SAW sendiri dari Makkah (yang saat itu merupakan darul kufur) ke Madinah (yang kemudian menjadi darul Islam). Peristiwa Hijrah, paling tidak, memberikan makna sebagai berikut: Pertama, pemisah antara kebenaran dan kebatilan; antara Islam dan kekufuran; serta antara darul Islam dan darul kufur. Menurut Umar bin al-Khaththab ra ketika beliau menyatakan: Hijrah itu memisahkan antara kebenaran dan kebatilan. (HR Ibn Hajar).

Kedua, tonggak berdirinya Daulah Islamiyah untuk pertama kalinya. Dalam hal ini, para ulama dan sejarawan Islam telah sepakat bahwa Madinah setelah Hijrah Nabi SAW telah berubah dari sekadar sebuah kota menjadi sebuah negara Islam; bahkan dengan struktur yang—menurut cendekiawan Barat, Robert N. Bellah—terlalu modern untuk ukuran zamannya. Saat itu, Muhammad Rasulullah SAW sendiri yang menjabat sebagai kepala negaranya.

Rahasia Kebangkitan
Kebangkitan merupakan istilah kontemporer yang memiliki konotasi yang khas. Secara umum kebangkitan berarti peralihan umat, bangsa, atau individu dari satu kondisi menuju kondisi yang lebih baik (hafidh shalih dalam an nahdah hal. 3).
Rahasia atau kunci kebangkitan adalah meningkatnya pemikiran/irtif’ul fikri. Pemikiran yang meningkat adalah pemikiran yang sempurna sekaligus mendalam mengenai manusia, alam semesta, dan kehidupan. Pemikiran yang mendalam dan sempurna seperti ini tidak lain adalah ideologi. (hafidh shalih dalam an nahdah hal. 141).
Ideologi (mabda) sendiri didefinisikan dengan pemikiran yang mendasar yang dibangun diatasnya pemikiran (Muhammad Muhammad Ismail dalam al-fikru al-islamiy hal. 7). Dengan demikian untuk mewujudkan kebangkitan harus berawal dari kebangkitan ideologi. Bukan kebangkitan pendidikan, kebangkitan ekonomi, kebangkitan sains, kebangkitan moral, dsb.( Nabhani dalam hadist ash-shiyam hal. 1).
Fakta historis kebangkitan Eropa dari masa kegelapan (dark age) bukanlah dimulai dari revolusi sains yang berlanjut menjadi revolusi industri. Akan tetapi bermula dari revolusi pemikiran yang dipicu oleh kemunduran di segala sektor kehidupan akibat dominasi gereja. Selanjutnya terjadi perdebatan intelektual antara kalangan gereja dengan kalangan filsuf. Titik kompromi bertemu pada pembatasan peran agama (baca=Kristen) hanya pada ranah spiritual. Selain ranah spiritual adalah peran Negara. Filsafat sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan atau pemisahan agama dari Negara inilah yang menjadi dasar kebangkitan Eropa kala itu. Inilah revolusi berfikir. inilah kebangkitan ideologi yang ditandai dengan revolusi Prancis tahun 1789 (Firdaus Syam dalam Pemikiran politik Barat hal. 146)
Dari kebangkitan ideologi yang mengajarkan kebebasan dalam segala hal inilah para ilmuwan dengan metode ilmiahnya menemukan banyak karya. Diantaranya adalah James Watt (1736 - 1819) penemu mesin uap yang menjadi dasar dari Revolusi Industri pada awal abad 19.
Kebangkitan Hakiki
Eropa memang telah bangkit. Akan tetapi kebangkitan yang dicapai hanya kebangkitan semu. Hanya kebangkitan materi, tetapi kering spiritual. Bagaikan kado yang indah namun kosong (spiritual). Akibatnya. Banyak gereja tutup karena tidak ada jamaahnya. Islam dan penganutnya dimusuhi dengan tuduhan radikalis dan fundamentalis. Di AS sebagai Negara pemimpin ideologi kapitaisme mengalami kemerosotan moral hingga ke titik nol bahkan minus. 41 % bayi yang lahir di AS akan kebingungan mencari ayah biologisnya. Setiap tahunnya terjadi 20 jt kasus criminal. Dari keseluruhan angka tersebut 4,3 jt kasus lebih terkait dengan aksi pemerkosaan, perampokan dan penganiayaan (www.republika.co.id, 27/11/11). Artinya setiap harinya terjadi hampir 55 ribu kasus kriminal atau hampir 2300 kasus perjam atau 38 kasus per menit. Kebanggaan AS sebagai Negara maju pun sudah mulai rontok. Saat ini Amerika termasuk Negara yang menanggung beban hutang yang sangat besar yaitu $ 14, 2 T . Defisit APBN $ 1, 27 T, pengangguran 13, 9 juta orang (9%), dan 16, 2 juta orang (15, 1 %) hidup di bawah garis kemiskinan.
Jelas bukan kebangkitan seperti ini yang kita dambakan. Kebangkitan hakiki hanya dengan Islam. Kebangkitan yang menjadikan dorongan ruhiyyah dengan keterikatan terhadap syariat Allah sebagai acuan setiap tindakan dan kebijakan. Kebangkitan yang menyeimbangkan kesuksesan di dunia sekaligus keselamatan di akhirat.
Kesimpulan kebangkitan yang benar (an nahdhah ash shahihah) hanya ada pada Islam. Baik ditinjau dari Islam sendiri sebagai ideologi yang sahih maupun ditinjau dari perbandingan idelogi selain Islam (Kapitalisme dan Sosialisme) yang cacat sejak lahirnya dan terbukti gagal mensejahterakan umat manusia. Islam adalah ideologi yang berasaskan akidah Islam yaitu keimanan kepada Allah SWT, para Malaikat, Kitab-kitab, Rasul-rasul, hari akhir dan qadar (ilmu) Allah. Dari asas inilah dipancarkan sistem kehidupan yang kompatible untuk mengatur seluruh problematika manusia. Sejarah juga telah mencatat bahwa saat Syariat Islam diterapkan dalam bingkai Negara kemakmuran, kesejahteraan, keamanan, kemajuan ilmu dan pengetahuan mencapai masa keemasannya tanpa mampu ditandingi peradaban manapun hingga kini.
Hijrah dan Kebangkitan
Hijrah adalah awal kebangkitan Islam dan kaum Muslim yang pertama kalinya, setelah selama 13 tahun sejak kelahirannya, Islam dan kaum Muslim terus dikucilkan dan ditindas secara dzalim oleh orang-orang kafir Makkah. Demikianlah sebagaimana pernah diisyaratkan oleh Aisyah ra: Dulu ada orang Mukmin yang lari membawa agamanya kepada Allah dan Rasul-Nya karena takut difitnah. Adapun sekarang (setelah Hijrah) Allah SWT benar-benar telah memenangkan Islam, dan seorang Mukmin dapat beribadah kepada Allah SWT sesuka dia. (HR al-Bukhari).

Setelah Hijrahlah ketertindasan dan kemalangan umat Islam berakhir. Setelah Hijrah pula Islam bangkit dan berkembang pesat hingga menyebar ke seluruh Jazirah Arab serta mampu menembus berbagai pelosok dunia. Setelah Rasulullah SAW wafat, yakni pada masa Khulafaur Rasyidin, kekuasan Islam semakin merambah ke luar Jazirah Arab. Bahkan setelah Khulafaur Rasyidin—yakni pada masa Kekhalifahan Umayah, Abbasiyah, dan terakhir Utsmaniyah—kekuasaan Islam hampir meliputi 2/3 dunia. Islam bukan hanya berkuasa di Jazirah Arab dan seluruh Timur Tengah, tetapi juga menyebar ke Afrika dan Asia Tengah; bahkan mampu menembus ke jantung Eropa. Kekuasaan Islam malah pernah berpusat di Andalusia (Spanyol).
Jika kita ingin mengulang kebangkitan tersebut dan ini pasti akan terwujud berdasarkan janji Allah dan bisyarah Rasul-Nya, maka jalan yang mesti kita tempuh adalah dengan mengadopsi ideologi Islam secara totalitas, menerapkannya dalam seluruh aspek kehidupan. Tentunya dibawah bingkai Negara yang dicontohkan Nabi saw yakni Negara Khilafah ‘ala minhaji an nubuwwah. Saat itulah kita kembali “berhijrah” menuju kebangktan Islam. Wallahu ‘alam bi shawab

1 komentar:

insidewinme mengatakan...

Islam, Dien yang haq yang mampu memecahkan problem-problem manusia. Dengan menerapkan sistem Islam yang kekal dan mabda’ (ideologi) Islam yang adil, maka kita pasti akan meraih kemuliaan. Tetapi apabila hal tersebut kita lalaikan dan telantarkan, maka kita tertimpa kehinaan dan akan dihina.