Rabu, 13 April 2011
Tafsir al-Anbiya [21]: 92-93
إِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاعْبُدُونِ (92) وَتَقَطَّعُوا أَمْرَهُمْ بَيْنَهُمْ كُلٌّ إِلَيْنَا رَاجِعُونَ (93(
Artinya: Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku. Dan mereka telah memotong-motong urusan (agama) mereka di antara mereka. Kepada Kamilah masing-masing golongan itu akan kembali
Imam Ibnu Katsir mengutip pendapat Ibnu ‘Abbas, Mujahid, Sa’id bin Jubair, dan Abdurrahman bin Zaid bin Aslam menyatakan bahwa makna redaksi إِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً adalah “agama kalian adalah agama yang satu”. Imam Hasan al Bashri menafsiri redaksi ini dengan menyatakan “sesungguhnya sunnah kalian adalah sunnah yang satu”. Ibnu Katsir menyatakan dhamir hadzihi merupakan isim inna, frase ummatukum sebagai khabar inna,dan frase ummatan waahidatan manshub sebagai haal (keadaan), beliau kemudian menyatakan “syariat kalian ini adalah syariat yang diterangkan dan dijelaskan”. Dalam tafsir Jalalain ditegaskan bahwa makna frase hazdihi adalah agama (milah) Islam. Berdasarkan beberapa penafsiran di atas dapat disimpulkan bahwa agama Islam dengan agama-agama samawi lain yang Allah turunkan adalah satu, Imam Abu Bakar al Jazairi menegaskan: “Islam adalah millah (agama) yang satu sejak masa Nabi Adam as. Hingga masa Nabi Muhammad saw. Alasannya karena agama (ajaran) para nabi adalah satu yakni beribadah kepada Allah saja (tauhid) berdasarkan apa-apa yang disyariatkan pada mereka”. Berdasarkan pernyataan pernyataan Imam al Jazairi di atas juga dapat disimpulkan bahwa syariat dari setiap Rasul bisa saja berbeda tetapi dalam hal tauhid semua nabi dan rasul sama, yakni mentauhidkan Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun juga. Kesimpulan ini diperkuat dengan pendapat Imam Ibnu Katsir saat menafsiri redaksi وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاعْبُدُونِ , beliau menyatakan “maksudnya adalah beribadah kepada Allah saja tanpa menyekutukan-Nya, (beribadah) dengan syariat-syariat yang berbeda-beda bagi Rasul-rasul-Nya, kemudian beliau mengutip fiman Allah:
{ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا } [المائدة :48]
Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang (QS. al Maidah [5]: 48)
Kesimpulannya, bahwa agama Islam adalah agama yang satu karena persamaannya dalam tauhid (pengesaan Allah SWT) akan tetapi setiap Rasul membawa syariatnya sendiri-sendiri.
Sedangkan redaksi وَتَقَطَّعُوا أَمْرَهُمْ بَيْنَهُمْ maknanya adalah umat-umat tersebut telah menyelisihi rasul-rasul yang di utus pada mereka, mereka mendustakan orang yang menjelaskan kebenaran. Padahal mereka semua akan kembali kepada Allah yakni hari kiamat, hari pembalasan atas atas setiap amal pebuatan. Sungguh balasan kebaikan adalah kebaikan dan balasan keburukan adalah keburukan, karena itulah Allah berfirman:
فَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلا كُفْرَانَ لِسَعْيِهِ وَإِنَّا لَهُ كَاتِبُونَ
Maka barang siapa yang mengerjakan amal saleh, sedang ia beriman, maka tidak ada pengingkaran terhadap amalannya itu dan sesungguhnya Kami menuliskan amalannya itu untuknya. (QS. Al- Anbiya [21]:94)
Wallahu ‘alam bi showab
Yogyakarta, 13 April 2011
Wahyudi Abu Syamil Ramadhan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar