Sabtu, 12 Mei 2012
SIMULASI PEMASUKAN NEGARA DARI BATUBARA
Simulasi ini dibuat dengan beberapa asumsi sebagai berikut:
1. Total produksi adalah untuk semua jenis batubara dengan kandungan kalori yang berbeda-beda, yaitu: 7000 kkal/kg, 6700 kkal/kg, 6200 kkal/kg, 5700 kkal/kg, 5400 kkal/kg, 5000 kkal/kg dan kurang dari 5000 kkal/kg. Produksi batubara pada tahun 2012 sebesar 332 juta ton adalah asumsi dari kementrian ESDM.
2. Harga jual yang digunakan adalah Harga Batubara Acuan (HBA) yang ditetapkan Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara (Ditjen Minerba)-Kementerian ESDM. HBA adalah harga batubara dengan acuan kandungan kalori 6322 kkal/kg. (lihat Peraturan Ditjen Minerba No. 515.K/32/DJB/2011 tentang Formula Untuk Penetapan Harga Patokan Barubara)
3. Biaya produksi di Indonesia termasuk yang rendah di dunia. Sebagai contoh untuk tahun 2009 biaya produksi per ton barubara adalah US $ 20 /ton. Indonesia hanya kalah dari Venezuela yang ongkos produksi me-nambangnya sekitar US$ 18 per ton. Hal ini wajar karena batubara di Indonesia adalah batubara permukaan, berbeda dengan Cina yang berada jauh di dalam tanah. Tetapi pada tahun 2012 terjadi peningkatan biaya produksi menjadi US $ 40 /ton. Menurut Sandiaga (Pendiri Saratoga Capital Sandiaga Salahudin Uno), ongkos produksi batubara tersebut terdiri atas sejumlah komponen, yaitu penambangan, biaya umum plus administrasi, dan transportasi darat Selain itu, masuk kategori ongkos produksi adalah pemrosesan batubara, royalti plus pajak produksi, dan ongkos pelabuhan plus terminal batubara
4. Keperluan dalam negeri (domestik) berdasarkan realisasi tahun 2011 adalah 25 %, sedang sisanya di ekspor. Selanjutnya yang dihitung hanyalah batubara yang di ekspor, karena politik energi dalam sistem Islam adalah mendahulukan keperluan dalam negeri. Itupun tidak berorientasi pada laba. Meskipun negara boleh menjualnya kepada perusahaan negara yang mengkonversi batubara ke bentuk yang lain (mis: listrik), tetapi sekedar untuk ganti ongkos produksi.
5. Berdasarkan empat asumsi di atas didapat tolal batubara yang diekspor, selanjutnya dikalikan dengan dengan HPA, lalu dikurangkan biaya produksi, didapatlah laba bersih.
Simulasi sektor batubara untuk tahun 2011 dan 2012 disajikan dalam Tabel 1 berikut:
Tabel 1.
Perhitungan Penerimaan Negara Sektor Batubara
Uraian Perhitungan 2011 2012
Total Produksi 327 juta ton 332 Juta Ton
Harga Batubara acuan (HBA) US$ 122, 43/ton US$ 127, 05 per Ton
Biaya Produksi US$ 40 /ton US$ 40 /ton
Keperluan Domestik 81, 75 juta ton 83 juta ton
Total Ekspor 245, 25 juta ton 249 juta ton
Penerimaan Ekspor US$ 30 M US$ 31, 63 M
Biaya Produksi US$ 9, 81 M US$ 9, 96 M
Laba Bersih Rp 190 T Rp 204 T
(diolah dari berbagai sumber)
Dari Tabel 1 terlihat bahwa penerimaan dari batubara saja sudah sangat signifikan untuk penerimaan APBN Indonesia yaitu mencapai hampir 15 % keperluan APBN tahun 2012. Jika perhitungan di atas digunakan untuk perhitungan pemasukan di Provinsi Kalimantan selatan yang memproduksi 30 % dari total produksi di Indonesia maka pemasukan Kalsel dari batubara saja sudah mencapai Rp 61,2 triliyun. Pemasukan sebesar ini adalah 20 kali lipat dari kepeluan APBD Kalsel pada tahun 2012 yaitu Rp 3,1 T. Hanya saja, perhitungan ini berlaku jika asumsi yang mensyaratkan dijalankan, yaitu jika barubara ini dikelola oleh negara dan tidak diserahkan pada swasta seperti yang terjadi saat ini.
Al Faqiir ila ALLAH Wahyudi Ibnu Yusuf (LKU HTI Kalsel)
Banjarmasin, 13 Mei 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar