Rabu, 24 November 2010

KAMMI DAN HTI DISKUSI KHILAFAH




Antusias, tertarik, detail itulah antara lain komentar dari peserta kegiatan School of Leader saat menyimak pemaparan materi yang disampaikan oleh Ketua Lajnah Tsaqafiyah HTI DIY Ustadz Wahyudi Abu Syamil. Acara ini didelenggarakan oleh KAMMI Komisariat UNY pada hari Sabtu, 20 Nopember 2010, bertempat di Aula Balai Pengembangan Kreativitas Belajar (BPKB) Yogyakarta. Dalam acara yang merupakan daurah tahunan HTI diundang untuk menyampaikan materi aplikasi Islam dalam kenegaraan. Pada acara ini ustadz Wahyudi memulai pemaparan materi tentang kesempurnaan Islam, perbandingan Islam dengan agama dan idiologi lain, lalu dilanjutkan tentang konsep sistem pemerintahan dalam Islam mencakup pilar yang menyokongnya dan struktrur pemerintahan Islam.
Pada sesi tanya jawab, banyak peserta yang mengacungkan tangan untuk bertanya. Diantara penanya ada yang menyatakan khilafah adalah visi semua gerakan Islam. Secara umum peserta yang merupakan kader KAMMI Komsat UNY menanyakan metode dakwah HT untuk mewujudkan tujuannya, dan kemungkinan HTI untuk terlibat dalam pemilu. Dengan lugas dan gamblang pertanyaan-pertanyaan tersebut ditanggapi oleh pemateri. Diakhir sesi ustadz Wahyudi menyatakan sangat mengapresiasi acara seperti ini. Harapannya dapat terbangun kesepamahaman antar gerakan Islam dan semoga bisa berlanjut dalam bentuk kersa sama dakwah yang lain. Tak lupa beliau menawarkan untuk melakukan diskusi lebih lanjut tentang tema politik Islam, khususnya khilafah. Tawaran ini disambut positif oleh peserta dengan mengcopy kitab-kitab HT versi digital. Semoga seluruh elemen umat dapat bersinergi demi terwujudnya janji Allah SWT dan bisyarah rasul-Nya: Khilafah rasyidah ‘ala minhajin nubuwah. Amiin.

Sabtu, 13 November 2010

KURBAN ORANG YANG TELAH MENINGGAL

napaktilas1924@gmail.comfacebook.com Apa hukum berkurban yang diniatkan untuk orang tua yang telah meninggal (Tri Wahyu, Jakarta) Ulama berbeda pendapat tentang masalah ini Pendapat pertama, Mazhab Hanafi, Hanbali, dan sekelompok ulama hadist, diantaranya Abu Dawud dan Tirmidzi membolehkan orang yang hidup berkurban untuk kerabatnya yang telah meninggal. Pendapat ini pula yang dipilih oleh syaikhul Islam Ibnu Taymiyah, beliau menyatakan: “berkurban untuk orang yang telah meninggal lebih utama dari bersedekah dengan yang senilai” (Majmu Fatawa 24/315) Pendapat kedua, menyatakan makruhnya berkurban bagi orang yang telah meninggal. Pendapat ini diusung oleh ulama mazhab Maliki. Akan tetapi jika seseorang telah membeli hewan kurban, kemudian meninggal, maka ahli warisnya dapat menyembelih hewan tersebut dan dianggap kurban yang dilakukan orang yang meninggal. Pendapat ketiga, menyatakan tidak sahnya kurban orang yang telah meningal, kecuali diwasiatkan orang yang meningal. Ini merupakan pendapat mazdhab Syafi’I (al Majmu’ 8/406, Kifayatul akhyar 2/528, Mughni al muhtaj 6/137, al iqna fi halli alfadzi abi suja’I 2/282) Menurut pengaran kitab al mufashshal fi ahkamil udhiyah Dr. Hisamudddin bin Musa ‘ifanah, setelah melakukan perbandingan dan pendalaman terhadap dalil dalil yang digunakan oleh ketiga pendapat maka beliau menyimpul pendapat yang membolehkan lebih rajih dengan beberapa alasan berikut: Pertama, terdapat banyak dalil baik dari al qur’an maupun as sunnah yang menunjukan didapatnya manfaat bagi orang yang telah meninggal dengan usaha yang dilakukan orang lain. Seperti firman Allah: وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman (TQS. Al hasyr [59]:10) Demikian pula banyak hadist yang menunjukan diperolehnya manfaat bagi orang yang telah meninggal seperti doa dalam shalat jenazah dan ketika ziarah kubur. Demikian pula sampainya pahala sedekah orang yang masih hidup yang diniatkan pahalanya untuk orang yang telah meninggal. Sebagaiaman hadist Nabi: أَنَّ سَعْدَ بْنَ عُبَادَةَ - رضى الله عنه - تُوُفِّيَتْ أُمُّهُ وَهْوَ غَائِبٌ عَنْهَا ، فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أُمِّى تُوُفِّيَتْ وَأَنَا غَائِبٌ عَنْهَا ، أَيَنْفَعُهَا شَىْءٌ إِنْ تَصَدَّقْتُ بِهِ عَنْهَا قَالَ « نَعَمْ » . قَالَ فَإِنِّى أُشْهِدُكَ أَنَّ حَائِطِى الْمِخْرَافَ صَدَقَةٌ عَلَيْهَا bahwa Sa'ad bin 'Ubadah radliallahu 'anhu ibunya meninggal dunia saat dia tidak ada disisinya. Kemudian dia berkata: "Wahai Rasulullah, ibuku meninggal dunia saat aku tidak ada. Apakah akan bermanfaat baginya bila aku menshadaqahkan sesuatu?" Beliau bersabda: "Ya". Dia berkata: "Aku bersaksi kepada Tuan bahwa kebunku yang penuh dengan bebuahannya ini aku shadaqahkan atas (nama) nya". (HR Bukhari no 2551) Kedua, Telah ditetapkan dalam hadist-hadist yang shahih bahwa Nabi berkurban bagi dirinya dan umatnya. Seperti dalam hadist dari Aisyah:… عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَمَرَ بِكَبْشٍ أَقْرَنَ يَطَأُ فِى سَوَادٍ وَيَبْرُكُ فِى سَوَادٍ وَيَنْظُرُ فِى سَوَادٍ فَأُتِىَ بِهِ لِيُضَحِّىَ بِهِ فَقَالَ لَهَا « يَا عَائِشَةُ هَلُمِّى الْمُدْيَةَ ». ثُمَّ قَالَ « اشْحَذِيهَا بِحَجَرٍ ». فَفَعَلَتْ ثُمَّ أَخَذَهَا وَأَخَذَ الْكَبْشَ فَأَضْجَعَهُ ثُمَّ ذَبَحَهُ ثُمَّ قَالَ « بِاسْمِ اللَّهِ اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنْ مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ وَمِنْ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ ». ثُمَّ ضَحَّى بِهِ. dari 'Aisyah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah menyuruh untuk diambilkan dua ekor domba bertanduk yang di kakinya berwarna hitam, perutnya terdapat belang hitam, dan di kedua matanya terdapat belang hitam. Kemudian domba tersebut di serahkan kepada beliau untuk dikurbankan, lalu beliau bersabda kepada 'Aisyah: "Wahai 'Aisyah, bawalah pisau kemari." Kemudian beliau bersabda: "Asahlah pisau ini dengan batu." Lantas 'Aisyah melakukan apa yang di perintahkan beliau, setelah di asah, beliau mengambilnya dan mengambil domba tersebut dan membaringkannya lalu beliau menyembelihnya." Kemudian beliau mengucapkan: "Dengan nama Allah, ya Allah, terimalah ini dari Muhammad, keluarga Muhammad, dan ummat Muhammad." Kemudian beliau berkurban dengannya." (HR. Muslim no 3637) Ketiga, Telah ditunjukan berdasarkan hadist dari ‘Alibin abi Thalib yang melakukan penyembelihan hewan kurban untuk Nabi saw atas perintah Beliau saw. عَنِ الْحَكَمِ عَنْ حَنَشٍ قَالَ رَأَيْتُ عَلِيًّا يُضَحِّى بِكَبْشَيْنِ فَقُلْتُ مَا هَذَا فَقَالَ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَوْصَانِى أَنْ أُضَحِّىَ عَنْهُ فَأَنَا أُضَحِّى عَنْهُ. dari Al Hakam dari Hanasy, ia berkata; aku melihat Ali berkurban dengan dua kambing. Kemudian aku katakan kepadanya; apa ini? Lalu ia berkata; sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah berwasiat kepadaku agar berkurban untuknya, maka aku berkurban untuknya. (HR Abu Dawud 2408) Wallahu ‘alam bi shawab Yogyakarta, Kamis, 5 Dzul Hijjah 1431 H/11 Nopember 2010-11-11 Abu Syamil Ramadhan

MAKNA DIEN DALAM AL QUR’AN



Kata ad-dien (الدين)dalam al qur’an memiliki beberapa makna, antara lain:
1.      Pembalasan, seperti dalam surah al fatihah ayat 4. Allah berfirman:
مالك يَوْمِ الدين
Yang menguasai di Hari Pembalasan

Dalam tafsir Jalalain disebutkan:
{ مالك يَوْمِ الدين } أي الجزاء وهو يوم القيامة
Yang dimaksud yaumuddin adalah  hari pembalasan yaitu hari kiamat

2.      Tradisi/undang-undang, seperti dalam surah Yusuf ayat 76.
فَبَدَأَ بِأَوْعِيَتِهِمْ قَبْلَ وِعَاءِ أَخِيهِ ثُمَّ اسْتَخْرَجَهَا مِنْ وِعَاءِ أَخِيهِ كَذَلِكَ كِدْنَا لِيُوسُفَ مَا كَانَ لِيَأْخُذَ أَخَاهُ فِي دِينِ الْمَلِكِ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ نَرْفَعُ دَرَجَاتٍ مَنْ نَشَاءُ وَفَوْقَ كُلِّ ذِي عِلْمٍ عَلِيمٌ
Maka mulailah Yusuf (memeriksa) karung-karung mereka sebelum (memeriksa) karung saudaranya sendiri, kemudian dia mengeluarkan piala raja itu dari karung saudaranya. Demikianlah Kami atur untuk (mencapai maksud) Yusuf. Tiadalah patut Yusuf menghukum saudaranya menurut undang-undang raja, kecuali Allah menghendaki-Nya. Kami tinggikan derajat orang yang Kami kehendaki; dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi Yang Maha Mengetahui.

Pengarang kitab Tafsir jalalain menyatakan:
{ فِى دِينِ الملك } حكم ملك مصر لأنّ جزاؤه عنده الضرب وتغريم مثلي المسروق لا الاسترقاق
Dienul malik adalah  ketentuan raja Mesir, karena hukuman bagi pencuri menurut undang-undang raja Mesir ialah dipukuli dan dikenai denda sebanyak dua kali lipat harga barang yang dicurinya, bukan dijadikan sebagai budak

3.      Agama. Kata ad dien dengan makna agama dapat kita dapat dari beberapa ayat berikut:
a.        Surah al baqarah ayat 217. Allah SWT berfirman:
وَلَا يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّى يَرُدُّوكُمْ عَنْ دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوا وَمَنْ يَرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةِ وَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.

Dalam tanwirul miqbas min tafsiri ibnu ‘abbas dijelaskan bahwa makna dari agama kalian masudnya adalah dari Islam ({ عَن دِينِكُمْ } الإسلام).
b.      Surah ali ‘Imran ayat 19, Allah berfirman:
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الإسْلامُ
Sesungguhnya agama yang diridhai adalah Islam

Mengomentari ayat ini Imam Abu Muhammad al Husin bin Mas’ud al Baghawi dalam kitab Ma’alimut tanziil menyatakan:
{ إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الإسْلامُ } يعني الدين المرضي الصحيح
Yaitu agama yang diridhai lagi shahih

c.       Surah ali ‘Imran ayat 83, Allah berfirman:
أَفَغَيْرَ دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ
Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan

Pengarang kitab tanwirul miqbas min tafsiri ibnu ‘abbas menyatakan:

{ أَفَغَيْرَ دِينِ الله } الإسلام
Dinullah adalah al Islam


d.      Surah ali ‘Imran ayat 85 Allah SWT menyatakan:

وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآَخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.

Mengomentari ayat ini pengarang kitab Aisaru at tafasiir, Syaikh Abu Bakar al Jaza’I  menyatakan:

فإن الله تعالى يقرر أن كل دين غيره الاسلام باطل ، وان من يطلب ديناً غير الاسلام ديناً فلن يقبل منه بحال ويخسر في الآخرة خسراناً كبيراً
Sesungguhnya Allah SWT menetapkan bahwa seluruh agama selain Islam adalah batil. Dan jika ada orang yang mencari agama selain agama Islam maka ditolak darinya dan mengalami kondisi yang benar-benar merugi.
e.       Firman Allah surah al Bayyinah ayat 5.
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.

Pengarang kitab tanwirul miqbas min tafsiri ibnu ‘abbas menyatakan:
{ دِينُ القيمة } دين الحق المستقيم لا عوج فيه
Dinul qayyimah adalah agama yang benar lagi lurus tidak ada kebengkokan padanya

Berdasarkan keterangan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal:
1.    Ad din adalah makna musytarak yaitu kata yang memiliki banyak arti
2.    Khusus untuk ad din yang bermakna agama, maka ad din masih menjadi makna yang umum yaitu agama selama kata ad din menyendiri (mufrad) misalnya pada surah ali ‘imran ayat 85. Pada ayat ini din disebut dengan isim nakirah yang berarti berlaku bagi seluruh agama. Oleh karena itulah  Syaikh Abu Bakar al Jaza’I menyatakan: “Sesungguhnya Allah SWT menetapkan bahwa seluruh agama selain Islam adalah batil”. Redaksi “seluruh agama” menunjukan bahwa penggunaan kata din berlaku bagi seluruh agama. Termasuk agama selain Islam.  Kata ad-din  menjadi makna yang lebih khusus jika menjadi menjadi mudhaf misalnya pada surah ali ‘imran ayat 83 (dinullah berarti Islam), maupun menjadi man’ut/maushuf seperti pada surah ali ‘imran ayat 19 (ad din menjadi yang disifati dari kata المرضي). Agama yang diridhai hanyalah Islam.
Berdasarkan penjelasan diatas maka kata ad din juga berlaku bagi agama-agama diluar Islam. Meski agama yang benar, lurus, dan diridhai hanyalah Islam. Oleh karena itulah Syaikh Muhammad bin Hamid Muhammad Hawari menulis kitab dengan judul al adyaan al muqaranah (perbandingan agama-agama). Pada halaman 7 menyatakan agama-agama yang pokok ada enam yaitu: konfusianisme (الكونفوشية), Hinduisme (الهندوسية), Budism (البوذية), Yahudi/Judaism (اليهودية), Kriatiani (النصرانية), dan Islam (الإسلامية)

Tulisan ini merupakan jawaban atas pertanyaan ustadz Riduan Safari, S. Sos. MAP
Yogyakarta, Kamis, 5 Dzulhijjah 1431 H/ 11 Nopember 2010-11-11
Abu Syamil Ramadhan





























الكتاب : أيسر التفاسير
المؤلف : أبو بكر الجزائري
{ الدين } : ما يدان لله تعالى به أي يطاع فيه ويخضع له به من الشرائع والعبادات .
{ الإِسلام } : الإِنقياد لله بالطاعة والخلوص من الشرك والمراد به هنا ملة الإِسلام
الكتاب : أيسر التفاسير
المؤلف : أبو بكر الجزائري

{ إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الإسْلامُ } يعني الدين المرضي الصحيح
الكتاب : معالم التنزيل
المؤلف : محيي السنة ، أبو محمد الحسين بن مسعود البغوي [ المتوفى 516 هـ ]
Berarti ada agama yang tidak diridahai dan tidak shahih

( الدين ) الديانة و اسم لجميع ما يعبد به الله و الملة و الإسلام و الاعتقاد بالجنان و الإقرار باللسان و عمل الجوارح بالأركان و السيرة و العادة و الحال و الشأن و الورع و الحساب و الملك و السلطان و الحكم و القضاء و التدبير ( ج ) أدين و ديون و أديان و يقال قوم دين أي دائنون
Al mu’jamul wasith