Minggu, 13 September 2009

RENUNGAN RAMADHAN TIGA PERISTIWA PENTING DI BULAN RAMADHAN 1430 H

RENUNGAN RAMADHAN
TIGA PERISTIWA PENTING DI BULAN RAMADHAN 1430 H
Oleh: Wahyudi Abu Syamil Ramadhan


Ramadhan adalah bulan pencapaian predikat takwa. Sudah puluhan tahun kita menjalani beragam ibadah di bulan ramadhan. Apalagi dengan jumlah muslim terbesar di dunia.

Seharunya bangsa ini menjadi bangsa yang paling bertakwa baik dalam kuantitas maupun kualitas. Namun, aneka peristiwa khususnya yang terjadi di bulan ramadhan tahun ini menjadi renungan penting bagi kita sudahkan kita menjadi bangsa yang bertakwa?. Menjadi bansa yang layak mendapatkan keberkahan dari langit dan bumi sebagaimana janji Allah dalam surah al a’Raf ayat 96. Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.

Ada 3 peristiwa penting yang yang terjadi pada ramadhan tahun ini:
Peristiwa pertama adalah isu terorisme.
Sejak peristiwa 11 september 2001. isu terorime memang terus menggelinding di belahan penjuru dunia. Hingga hari ini kaum muslimin di Irak, Afagnistan, Pakistan terus di bombardir oleh AS untuk alasan memberantas terorisme. Walaupun hingga saat ini AS belum menemukan secuilpun bukti yang menunjukan bahwa Osama bin Laden adalah dalang dari peledakan WTC. Sebaliknya AS telah menjadi monster dan menjadi negara penebar teror terbesar di dunia. Bahkan AS telah dinobatkan sebagai negara pelanggar HAM terbesar di dunia. Belum lagi kalau kita bicara dukungan AS terhadap Israel yang menjajah bumi mikraj Palestina. Sungguh ini adalah kezaliman. Kita berharap kepada Allah, semoga Allah membalas makar yang mereka buat. Allah berfirman:
Orang-orang kafir itu membuat makar/tipudaya dan Allah membalas makar/tipudaya mereka itu. Allah adalah sebaik-baik Pembalas tipudaya (QS Ali Imran [3]: 54).
Di indonesia sendiri perburuan jaringan terorisme telah memasuki babak baru. Beragam fakta semakin menguatkan bahwa ”war on terorism” atau perang melawan terorisme adalah perang melawan Islam. Bahkan telah merembet pada delegitimasi pelaksanaan syariat Islam. Mulai dari kecurigaan terhadap muslim yang ingin menjalankan sunnah dengan memanjangkan jenggot, memakai jilbab dan burqa hingga upaya untuk mengawasi materi2 dakwah. Padahal dakwah adalah perkara yang penting dalam Islam. Dakwah ibarat jantung dalam tubuh manusia. Hidup matinya seseorang sangat bergantung pada kerja jantungya. Begitupula Islam seandainya tidak ada wali songgo, KH Ahmad Dahlan, KH. Hasyim Asy’ari dan sederet ulama lain yang menyebarkan misi dakwah ke negeri ini maka mungkin kita masih menjadi bangsa yang menyembah pada patung, pohon dan dewa-dewa serta mensekutukan Allah. Nau’dzubillah min dzalik

Satu hal yang perlu dicacat oleh pemerintah khusnya polri. Jaringan teroris adalah jaringan yang tertutup. Pola rekrutmen yang mereka lakukan juga dengan sembunyi-sembunyi. Mereka tidak mungkin berani mengekspose jaringannya. Maka salah alamat kiranya bila polri melakukan pengawasan terhadap dakwah dan gerakan dakwah yang terbuka. Sebagamaina mereka salah alamat saat menangkap aktivis JT dari Philipina padahal mereka adalah gerakan non politik.

Islam adalah agama yang membawa misi rahmatan lil ’alamin. Islam mengharamkan menumpahkan darah tanpa dasar yang dibenarkan. Allah berfirman:
Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya (TQS: Al Maidah [5]: 32)

Bahkan Islam memberikan sanksi yang tegas terhadap para pelaku teror. Allah berfirman:
Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar (TQS: Al Maidah [5]: 33)

Yang dimaksud orang-orang yang berbuat kerusakan pada ayat ini adalah para pembegal jalanan, orang-orang yang menyerang masyarakat, merampok di jalan, merampas harta dan menghilangkan nyawa. Termasuk para teroris. Berdasarkan ayat ini siapa saja yang membunuh dan mengambil harta, maka ia dijatuhi sanksi bunuh dan disalib. Siapa saja yang membunuh dan tidak mengambil harta, maka ia dijatuhi sanksi dengan dibunuh dan tidak disalib. Siapa saja yang mengambilharta dan tidak membunuh, maka ia dijatuhi sanksi dengan dipotong tangan dan kakinya secara bersilangan dan tidak dibunuh. Siapa saja yang menodongkan senjata, menakut-nakuti orang, tetapi tidak membunuh dan tidak mengambil harta, maka ia tidak dibunuh, tidak disalib, dan tidak dipotong tangan dan kakinya secara bersilangan. Ia hanya dibuang dengan diasingkan dari negerinya ke negeri lain yang jauh dari negara.

Berdasarkan uraian diatas jelas kiranya bahwa Islam bukanlah agama yang mengajarkan terorisme. Sehingga tuduhan terhadap Islam jelas tuduhan yang keliru. Seharusnya perang melawan terorisme dialamatkan kepada AS dan sekutu-sukutunya yang jelas-jelas telah menebar teror dan kezhaliman dimana-mana.

Peristiwa kedua adalah Konflik Indonesia – Malaysia
Konflik ini merupakan akumulasi dari banyak persengketaan antara Indonesai dengan Malaysia, mulai dari kasus klaim-mengklaim budaya, penyiksaan terhadap TKI, hingga konflik perbatasan blok Ambalat. Yang disayangkan adalah sikap reaksional-emosional dari sebagian kalangan. Mulai dari pembentukan posko ”ganyang Malaysia”, penolakan mahasiswa Malaysia hingga rencana upaya militer.

Padahal...
Konflik Indonesia-Malaysia adalah sebuah skenario asing untuk mengadu domba dua negeri muslim. Inggris di pihak Malaysia dan AS di pihak Indonesia. Tujuannya adalah agar kita tidak pernah akur dan negara kafir penjajah mengeruk keuntungan dari hal ini.

Padahal Allah telah menegaskan bahwa seluruh mukmin bersaudara innamal mu’minuuna ikhwatun. Persaudaraan tanpa memperhatikan, suku, bahasa, bendera hingga sekat-sekat teritorial kenegaraan. Dari AbĂ» Darda ra., ia berkata; Rasulullah saw bersabda:

Maukah kalian kuberitahu suatu perkara yang lebih utama daripada derajat shaum, shalat, dan shadaqah. Para sahabat berkata, “Tentu saja ya Rasulullah!” Beliau lalu bersabda, “Pekara itu adalah mendamaikan perselisihan. Karena karakter perselisihan itu membinasakan.” (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban dalam kitab Shahih-nya, at-Tirmidzi ia berkata, “Hadits ini hasan shahih”).

Maka solusi atas persoalan ini tidak lain adalah islah (perdamaian). Saling memaafkan, saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Apalagi kita sedang berada di bulan yang mulia. Dan untuk solusi konkrit adalah penyatuan dua negara ini di bawah naungan daulah khilafah Islamiyah. Karena dalam sejarahnya dua negara ini juga pernah bersatu.

Peristiwa yang terakhir adalah Musibah gempa di Jawa Barat, tepatnya di Tasik Malaya.
Musibah ini dan seluruh rangkaian musibah yang lain. Seyogyanya menjadi bahan perenungan bagi kita. Bahwa kita adalah makhluk yang lemah. Yang seharusnya senantiasa bergantung kepada yang Maha Kuat, yang Maha Perkasa, Allah SWT.

Memang benar bahwa beberapa daerah di Indonesia adalah daerah yang rawan terhadap gempa. Tapi satu hal yang perlu diingat. Tidak mungkin lempengan itu bergerak tanpa perintah ALLAH, tidak mungkin gunung meletus tanpa izin dari Allah. Singkatnya tidak ada satupun kejadian dimuka bumi ini tanpa kuasa Allah SWT. Allah berfirman:
Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan. (TQS Luqman [30]:20)

Bisa jadi rangkaian musibah yang banyak mendera kita saat ini disebabkan oleh kelalaian kita, ketidaktundukan kita secara total kepada Allah. Bulan ramadhan yang seharusnya diisi dengan beragam kebaikan. Tapi kenyataannya tidak sedikit kemaksiatan yang terjadi. Betapa banyak yang sengaja tidak berpuasa padahal tidak ada udzur baginya, dengan ringannya melalaikn shalat fardhu, perempuan-perempuan dengan tanpa merasa berdosa memamerkan uaratnya, palacurahan hanya libur di bulan ramadhan tapi buka lagi setelahnya, aliran sesat masih ditolerir dinegeri ini, ulama, pesantren aktifis dakwah dimata-matai dan di buru-buru, padahal mereka adalah wali-wali Allah, kemudian memilih-milih aturan Allah. Ayat ya ayyuhalladzi naamanuu kutiba ’alaikumush shiyam dijalankan tapi ayat ya ayyuhalladzi naamnauu kutiba ’alaikuml qishah diabaikan padahal lafadz kedua ayat ini mirip. Perintah shalat, haji, zakat kita jalankan tapi jihad dilecehkan, larangan riba dilabrak, perintah menegakan khilafah diabaikan. Padahal semuanya sama-sama perintah dan larangan Allah. Na’uzdubillah bin Dzalik

1 komentar:

Napak Tilas Jalan Kemuliaan mengatakan...

postingan pertamaku. Alhamdulillah